Please vote before you enjoy this chapter 🍵
.
.
.Manusia tidak akan pernah puas terhadap apa yang sudah Tuhan berikan padanya. Keserakahan hanya akan membawa mereka kedalam jurang kesengsaraan.
Dunia yang kita kejar akan semakin berlari meninggalkan kita. Namun bila kita berjalan dengan banyak harapan pada Tuhan,maka kehidupan dunia perlahan akan datang menghampiri.
Akhirnya bibi Jung sampai dilantai kamar Lisa dengan membawa kunci cadangan,namun mereka sedikit kesusahan karena kunci didalam kamar Lisa masih menggantung.
"Lisa-ya. Bukan pintunya sayang,ini Unnie." Ketukan pintu itu semakin keras Jisoo buat agar adiknya mendengar mereka yang mulai gelisah dibalik pintu.
Hari semakin gelap dan bungsu mereka tidak sama sekali menyahuti panggilan ataupun teriakannya. Apa tidak khawatir ketiga Kim dibuatnya. "Dobrak saja,Unnie."
Ucap Jennie yang jengah dengan adiknya didalam. Mereka masih berusaha memainkan gagang pintu tersebut agar Lisa mendengar bahwa mereka semua menunggu dirinya untuk membuka pintu.
"Ya!Kim Lisa." Dengan rasa panik Jisoo mulai menetralkan napasnya. Namun tak lama, terdengar pintu kamar tersebut terbuka dari dalam yang artinya Lisa mereka bangun dan tidak kenapa-kenapa.
Lisa membuka pintu kamar tersebut dengan masih menggosokan tangannya dimata, seperti layaknya seseorang yang baru terbangun dari tidur. Ketiga Kim dan bibi Jung hanya menatap lega adik kecilnya itu.
"Mwoo?" Ucap Lisa yang terlihat sedikit kesal karena kebisingan yang mereka buat.
Lisa belum membuka matanya dan malah melengos masuk kedalam kamarnya lagi. Menaiki ranjang dan memilih kembali tertidur membelakangi mereka semua.
Ketiga Kim masuk kedalam kamar bungsunya tak lupa mengucapkan terimakasih pada bibi Jung. Mereka awalnya tak mencurigai sikap Lisa tersebut namun saat melihat pintu balkon terbuka lebar bisa dipastikan jika adiknya memang berada dibalkon sendirian hingga tak mendengar sahutan mereka.
Jisoo ikut naik keatas ranjang dan merangkak menuju adiknya yang sengaja membelakangi mereka. "Adik Unnie lelah,eoh?adik Unnie mengantuk?"
Jisoo mengusap kepala Lisa layaknya seorang ibu yang sedang menyusui bayi nya. Dia hanya mendapatkan deheman kecil dari Lisa dan semakin menarik selimut hingga menutupi wajahnya.
"Apa Unnie bisa bicara dengan Lisa?apa adik Unnie ingin berbicara pada ku?" Jisoo tak menyerah untuk menggoda adiknya itu yang terlihat menggemaskan namun sebenarnya tak berniat untuk menganggu tidur Lisa.
"Anii....aaa aku ingin tidur." Lisa mulai merengek dan menendang-nendang selimutnya setelah dia tahu bahwa Jisoo memang sengaja mengganggu dia yang ingin tertidur.
Berbeda dengan ucapannya,Lisa malah membalikkan badan dan memeluk Jisoo agar kakaknya itu diam dan tak menganggu nya lagi. Jisoo pun membenarkan posisi tidurnya dan mulai menarik Lisa untuk memeluk tubuhnya.
"Mian.." bisik Jisoo ditelinga Lisa.
Lisa sebenarnya tidak ingin tertidur sama sekali namun Lisa sangat canggung setelah melihat kejadian dikamar ibunya sore hari tadi jadi yang Lisa lakukan adalah berpura-pura mengantuk dan diakhiri dengan memeluk kakaknya.
Baju Jisoo masih menempel aroma parfum ibunya membuat Lisa semakin menelusupkan wajahnya pada leher Jisoo.
Sedangkan Jennie mulai berjalan menutup pintu balkon yang terbuka lebar itu,apa mungkin adiknya memang sudah terbangun dan berdiam diri disana. "Tidak mungkin pintu ini terbuka sendiri,dia pasti berada disini hingga tidak mendengar panggilan Jisoonie."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath 'L'
RandomAku hidup untuk mempertahankan satu kebahagiaan. Tuhan memberi ku kesempatan untuk membalas kebaikan kalian. Jika sudah tak diinginkan aku memilih kembali bersama Tuhan.- L -Second story.