pembicaraan serius pertama kita

149 31 7
                                    


nih lanjutannya, janji follow dulu bagi yang belum follow ya..!!

selamat membaca

***


Nara menelan ludah kasar saat matanya bersitatap dengan mata bima yang kini juga menatap datar kearahnya sambil bersedekap dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nara menelan ludah kasar saat matanya bersitatap dengan mata bima yang kini juga menatap datar kearahnya sambil bersedekap dada.

"aa-kuu.." nara menjeda kalimatnya.

"kamu menerima perjodohan ini karena menganggap ini adalah permintaan terakhir ayah kamu, dan kamu merasa harus menerimanya sebagai anak yang baik.

Benar begitu?" sambar bima, seolah bisa membaca isi pikiran nara.

Pemuda itu menghela nafas kasar "kamu pikir hanya kamu yang terjebak dengan pernikahan ini nara? Apa kamu pikir saya juga siap menerima ini?"

Mata mereka kembali bertemu, dan dapat nara temukan sorot frustasi dari kedua mata pemuda dihadapannya.

"tidak ada perjodohan yang berjalan dengan kesiapan, siapapun itu.

Kita sama-sama baru kenal dan kita sama-sama mempunyai misi hidup masing-masing sebelumnya, yang bahkan sama-sama belum kita ketahui satu sama lain.

Saya juga ragu dan saya juga sempat bingung dengan situasi kita sekarang.

Tapi apa saya harus bersikap kekanak-kanakan dan merusak masa depan saya sendiri seperti yang kamu rencanakan terhadap hidup kamu?" mendengar ucapan bima membuat nara kembali menunduk, kali ini dengan mata berkaca-kaca.

"selama ini saya nyaman dengan hidup saya, pekerjaan saya, juga lingkar pertemanan yang saya punya saat ini. Bahkan saya sama sekali tidak memikirkan pernikahan sebelumnya.

Setelah saya tau tentang perjodohan ini, kamu pikir saya siap? Kamu pikir saya bisa menerimanya dengan mudah?

Apalagi setelah mengetahui calon istri saya memiliki selisih usia yang cukup jauh dengan saya, apa kamu pikir saya siap dengan ini semua?

Saat ini saya juga sedang berusaha, saya sedang mencoba membangun pemikiran kalau orang tua saya tidak akan asal dalam memilihkan seseorang yang akan mendampingi hidup saya.

Saya cukup mempercayai arahan dari mereka, yang pasti memiliki pertimbangan dan seleksi matang saat memutuskan menjodohkan saya dengan kamu.

Apa kamu memiliki pemikiran yang berbeda? Apa kamu tidak mempercayai orang tua kamu sendiri?"

Setetes air mata jatuh begitu saja membasahi punggung tangan nara yang terkepal, gadis itu merasa semua kalimat yang baru saja bima katakan adalah kebenaran dan tak mempunyai satupun kalimat untuk menyanggahnya.

Bima kembali menghela nafas samar lalu mencoba merubah nada bicaranya menjadi lebih lunak karena menyadari ekspresi nara yang berubah sendu.

"maaf kalau saya terlalu keras sama kamu.

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang