Malam yang panjang

211 26 18
                                    

Part duanya nih guys..!

semoga kalian happy. wkwkwkwk..

selamat membaca

***


Detik, menit, jam, hari, minggu, bahkan bulan pun telah berlalu.

Nara sudah menyelesaikan berbagai pengobatan dan terapi untuk mengembalikan kerja otot tangan dan kakinya, yang sempat mengalami patah tulang karena kecelakaan yang sempat dia alami. Meski gadis itu masih harus menggunakan satu tongkat penopang untuk membantunya berjalan.

Gadis itu tengah berdiri dengan bantuan tongkat penopang yang dia selipkan pada sebelah lengannya, melamun di dekat jendela kamar yang menghadap kehalaman depan rumahnya dengan tatapan datar tanpa ekspresi.

Sudah hampir setengah tahun setelah peristiwa kecelakaan itu terjadi, dan selama itu juga Nara sudah tidak lagi mendengar kabar tentang Renata, sahabat yang selama bertahun-tahun menemani dan mewarnai hari-harinya. 

Nara tidak mencoba mencari tau, ataupun bertanya tentang kabar Renata pada siapapun, meskipun Nara sempat mendengar apa yang pernah Renata lakukan untuk dirinya dari Wilman saat masih dirawat dirumah sakit.

Gadis itu masih sangat marah dan kecewa, namun Nara tidak bisa berbohong, jika semakin hari,dia merasakan rindu yang begitu dalam menyiksa batinnya, dan dia simpan seorang diri. Bagaimanapun kebersamaan mereka adalah kenangan yang tidak bisa dia lupakan begitu saja, 

Bima membuka pintu dan masuk kedalam kamar, sejenak pemuda itu berhenti sambil menghela nafas kasar saat mendapati istrinya tengah melamun dengan raut wajah sendu dan muram.

Bima tau apa yang Nara rasakan, karena untuk kesekian kalinya Bima memergoki Nara melakukan hal yang sama setelah kembali dari Rumah sakit. Namun Bima sama sekali tidak punya keberanian untuk bertanya dan mengungkit tentang Renata dihadapan Nara, karena khawatir jika itu semua akan mempengaruhi emosi dan proses kesembuhan gadis itu.

Bima berjalan mendekat, lalu memeluk tubuh Nara dari belakang, mendekapnya erat sambil menyandarkan dagunya diatas puncak kepala gadis itu, sukses membuat Nara terkejut dan tersadar dari lamunannya.

"Kk-Kkakak udah pulang?" dan dapat Nara rasakan anggukan kecil diatas kepalanya.

"bagaimana kalau kita liburan? kita kan belum sempat bulan madu sejak menikah, lagipula kamu kan masih cuti kuliah" ajak bima. 

Nara tersenyum, lalu meletakkan kedua tangannya diatas tangan Bima yang melingkar pada perutnya.

"liburan? kemana? "

"kemana saja, asal bersamamu, aku tidak masalah"

"eeummm,, gimana kalau kita ke jogja?" usul Nara.

"jogja? kenapa kamu mau kesana?"

"aku pernah denger, katanya dulu ayah dinas disana waktu bunda lagi mengandungku.

Makanya aku ngejar beasiswa buat kuliah disana waktu itu.

Dari cerita kakak waktu di Rumah sakit, bukannya itu artinya kakak ketemu sama ayah dan bunda disana kan? boleh nggak?"

Bima membalik tubuh Nara menghadap dirinya, lalu tersenyum lembut sambil menyelipkan helain rambut Nara kebelakang telinga.

"boleh donk, apapun yang membuatmu senang. akan saya upayakan" 

"eeumm,, tt-ttapi kakak beneran nggak masalah kalo kita liburan kesana?

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang