kemarahan bima..

211 33 39
                                    

satu chapters lagi ya..!

jangan lupa  votes, komen dan follow. oke..!!

***


Mereka sudah masuk kedalam rumah, dengan mulut membisu nara langsung membawa ransel berisi belanjaannya untuk dia cuci dan dia susun ke dalam kulkas, Sementara bima masih berhenti diambang pintu, menatap punggung nara yang berjalan malas kearah dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka sudah masuk kedalam rumah, dengan mulut membisu nara langsung membawa ransel berisi belanjaannya untuk dia cuci dan dia susun ke dalam kulkas, Sementara bima masih berhenti diambang pintu, menatap punggung nara yang berjalan malas kearah dapur. 

Pemuda itu menghela nafas kasar kemudian melangkah cepat untuk menyusul nara yang sudah mulai sibuk mencuci berbagai macam sayuran dan buah.

Seketika gadis itu membeku saat bima tiba-tiba memeluknya dari belakang dan mengusakkan wajahnya pada bahu nara. 

"Kk-kkak..? "

"Begini sebentar, saya sedang mencoba menekan amarah saya agar tidak meledak"

"Mm-mmaksud kakak? "

Bima tidak menjawab, pemuda itu semakin mengeratkan tautan tangannya pada bahu nara sambil mengatur nafasnya yang memburu.  

Beberapa saat seperti itu hingga perlahan nafas bima sudah tak lagi memburu meski dekapannya masih begitu erat, Dengan lembut nara mengurai dekapan tangan bima pada bahunya lalu berbalik, menatap wajah bima yang kini tampak sedikit memerah. 

"Kk-kkakak kenapa?" Tanya nara dengan tangan yang sedikit bergetar mengusap kening bima yang berkeringat. 

"Saya sangat marah nara,,

Marah karena kamu harus mendengar hal-hal semacam itu dari orang-orang tadi.

Marah karena saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk kamu. 

Dan yang lebih membuat saya marah, karena kamu menyimpannya sendiri. 

Kenapa nara..? Katakan saat itu sulit dan lampiaskan jika memang membuatmu sesak. " Jawab bima dengan ekspresi marah bercampur sendu. 

Sesaat nara hanya tertegun memandangi wajah frustasi suaminya, gadis itu sedikit heran dengan sikap bima yang menurutnya sedikit berlebihan, Mengingat mereka baru beberapa bulan saling mengenal, bahkan mereka baru dua hari resmi menjadi pasangan suami istri. Tapi kenapa Bima bisa bersikap sekhawatir itu bahkan seolah merasakan kemarahan yang begitu besar saat nara tersakiti? 

Mencoba untuk tidak berfikir terlalu serius, nara tersenyum lembut lalu kembali mengusap kening bima dengan punggung tangannya. 

"Aku nggak apa-apa kak, Mereka bisa berkata seperti itu karena tidak mengerti situasi kita. 

Nggak apa-apa, kakak jangan marah sama mereka. 

Anggap saja mereka terlalu peduli sama kita, cuma tidak tau cara menyampaikannya dengan baik" Kata nara dengan senyum lembut di bibirnya.

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang