Weeding day

174 29 14
                                    

Last part for this weeks..

Jangan lupa follow.

Happy reading.

***

 "Ayo nara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayo nara.. " Damar sudah berdiri di sisi nara sambil melonggarkan sebelah lengannya untuk nara gandeng.

Hari itu adalah hari dimana perjodohan antara jennara dan bimantara akan benar-benar terlaksana dan terwujud dalam sebuah ikatan pernikahan yang sah.

Nara mengapit lengan pamannya, kemudian menarik nafas panjang sebelum mulai melangkahkan kakinya menyusuri karpet merah panjang menuju dimana bima kini tengah berdiri menunggunya di atas altar kecil yang terdekorasi manis di halaman belakang rumahnya.

Sang paman menggenggam erat tangan nara dan menyerahkan kepada pemuda yang namanya telah tersurat dalam wasiat mendiang kakaknya.

"Om titip jennara ya bima, tolong jaga dia baik-baik.

Maklumilah jika memang dia belum tau tentang banyak hal dan bersabarlah saat dia melakukan kesalahan.

Jika suatu hari ada hal yang membuat kamu tidak bisa lagi mempertahankan nara disisimu, tolong jangan sia-siakan dia.

Kembalikan saja dia padaku, karena bagaimanapun dia adalah keluargaku, satu-satunya hal berharga yang ditinggalkan kakakku untuk kupertanggung jawabkan. " Ucap damar dengan mata berkaca-kaca, yang di respon bima dengan anggukan pasti sambil tersenyum lembut.

"Iya om, saya janji akan menjaga nara sebaik mungkin. Om tidak perlu khawatir"

"Om damar,, " Nara sudah menangis mendengar kalimat yang di ucapkan sang paman pada calon suaminya itu, sebagai satu-satunya keluarga yang nara miliki, Nara tau damar sangat menyayanginya dan selalu mengupayakan yang terbaik untuk dirinya.

Damar tersenyum lembut, lalu mengecup lembut kening keponakan satu-satunya itu.

"Semoga kamu akan selalu berbahagia setelah semua badai yang terjadi didalam hidup kamu selama ini ya nara.

Om selalu mendoakan yang terbaik buat kamu.

Belajarlah untuk menjadi istri yang baik, karena bagaimanapun perjodohan ini adalah amanat dari mendiang ayah kamu. jadi jalani sepenuh hati dan jagalah agar senantiasa tetap utuh"

Nara mengangguk dengan air mata berderai, tak terkecuali damar yang kini juga ikut menangis.

" Makasih om, makasih udah jagain nara selama ini.

Om damar adalah hal terbaik yang nara punya setelah ayah dan bunda pergi. dan selamanya om akan menjadi hal yang paling ku syukuri.

Maaf kalau nara selalu ngrepotin om dan tante seila. Hiks.. "

Damar menghapus air mata dipipi nara lalu mengangguk sambil tersenyum lembut.

"Sampai disini tanggung jawab om dalam menjadi wali kamu nara, mulai sekarang kamu adalah tanggung jawab suamimu.

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang