kenapa..?

107 20 15
                                    

udah malem minggu lagi aja nih, saatnya apa???

saatnya ketemu BiNa couple lagi donk.

nggak usah lama-lama, langsung aja yok!

follow dulu buat yang belum follow ya.

***

Pandangan Bima mengedar mengitari area parkir setelah selesai menemui pengacara, namun pemuda itu tidak menemukan sosok Nara yang sebelumnya berkata akan menunggunya disana, bahkan mobilnya juga sudah tidak lagi Bima lihat ditempat semula dia mema...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan Bima mengedar mengitari area parkir setelah selesai menemui pengacara, namun pemuda itu tidak menemukan sosok Nara yang sebelumnya berkata akan menunggunya disana, bahkan mobilnya juga sudah tidak lagi Bima lihat ditempat semula dia memarkirkan kendaraan itu ketika datang. Bima semakin bingung dan khawatir, karena Nara tidak juga menjawab panggilannya.

"ck, angkat telfonmu Nara. sebenarnya kamu kemana?" gumam Bima, terus berusaha menghubungi Nara.

Ditempat lain, Nara berdiri mematung didepan batu nisan yang bersisian dengan ukiran nama akrilik berwarna emas. Nara memutuskan pergi sendirian ketempat itu, meninggalkan Bima di gedung pengadilan karena merasa butuh waktu untuk menenangkan pikiran kalutnya setelah bertemu Renata.

Sudah sekitar setengah jam Nara hanya diam memandang datar batu nisan didepannya dengan sorot mata datar tanpa ekspresi, bahkan suara ponselnya yang terus berdering tidak mengusik lamunannya sama sekali. Hingga akhirnya gadis itu pun berjongkok dan mulai mencabuti rerumputan yang tumbuh diatas badan makam tanpa sapaan ataupun gerutuan yang sering dia lontarkan ketika mengunjungi tempat itu.

Nara mencengkram rerumputan di telapak tangannya yang terkepal sembari mengatur nafasnya yang mulai memburu karena menahan tangis dan emosinya, namun sekuat-kuatnya menahan diri, Nara akan tetap meledak jika sudah berada didepan orang tuanya.

"kenapa yah? " Kata Nara dengan suara lirih. 

"kenapa Ayah harus nyuruh Renata berbohong? kenapa Ayah sama Om Damar sembunyiin kasus itu dari Nara?

Kenapa Ayah nggak biarin Nara tau masalah itu daridulu saat Ayah masih ada? 

Coba lihat sekarang? Bukankah ayah jahat karena membiarkanku menghadapinya sendiri?

Bukankah kalian begitu jahat karena mambuat ku seperti orang bodoh karena nggak tau apa-apa?

Kenapa  Ayah pergi sebelum mengatakan semuanya? Kenapa Ayah menyuruh semua orang bungkam dan membuatku seperti ini? hiiks..." Nara menunduk dengan bahu bergetar setelah mengatakannya.

Setelah perdebatannya dengan Renata, Nara seketika dilanda kegundahan dan kekalutan. pikirannya yang semula mulai tenang dan lega karena berhasil memenangkan kasus tabrak lari yang menewaskan ibunya, kini kembali riuh dan mengusik kedamaian hatinya.

Antara rasa benci dan rasa bersalah yang kini menepatkan dirinya pada persimpangan rasa yang membingungkan untuk diselami.

Nara benci kenyataan bahwa Renata telah berbohong padanya, dan menyembunyikan fakta tentang pelaku tabrak lari yang menewaskan ibunya. Namun Nara juga merasa bersalah karena bagaimanapun, ini tidak akan terjadi jika mendiang ayahnya tidak meminta Renata menetap di hidupnya dan berakhir mengkhianati kepercayaannya.

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang