tentang rasa lelah dan kecewa

158 17 20
                                    

satu chapters lagi seperti biasa..

votes dan komen yang banyak ya guys.

selamat membaca

***

"TA, TURUN TA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"TA, TURUN TA..!! 

JANGAN BERTINDAK BODOH, LO NGGAK SENDIRIAN.

MASIH ADA GUE TA, GUE JANJI BAKAL LEBIH SERING NEMENIN LO NGOBROL DAN AJAK LO JALAN-JALAN.

GUE JUGA JANJI NGGAK AKAN KETUS LAGI SAMA ELO, TAPI LO TURUN DARI SITU SEKARANG YA," Entah sudah berapa kali Jaka mengeluarkan kalimat bujukan, menggunakan pengeras suara milik petugas rescue pemadam kebakaran, setelah berhasil menemukan keberadaan Renata yang tidak menjawab puluhan panggilan darinya sejak pagi. Namun Renata sama sekali tidak terpengaruh dan terbujuk olehnya. 

Gadis itu terlihat tenang dan santai menikmati semilir angin dan pemandangan indah dari tempatnya berada saat ini, tanpa memperdulikan dirinya yang kini menjadi bahan tontonan banyak orang yang berkerumun dibawah gedung itu

Nara turun dari mobil dan berlari dengan langkah tergesa membelah kerumunan, meninggalkan Bima yang sebelumnya berkendara bersamanya, dan mengabaikan Jaka yang beberapa waktu sebelumnya menghubungi dirinya untuk segera datang.

Gadis itu berlari panik menaiki tangga demi tangga, menuju lantai teratas sebuah gedung terbengkalai itu. Wajahnya masih pucat, karena memang belum sembuh dari demamnya sejak kemarin. 

Dengan nafas terengah-engah, Nara berjalan perlahan mendekati Renata yang tengah duduk di tepian atap dengan kaki menjuntai kebawah. Nara mencoba menetralkan nafas dan ekspresi diwajahnya agar terlihat tenang dan percaya diri sebelum berjalan semakin mendekat. 

"Ngapain lo disini?" tanya Nara dengan suara datar dan tenang, membuat Renata seketika menoleh dengan wajah terkejut.

"NN-nnara..?" pekik gadis itu.

"cemen banget lo? segitu doank udah capek lo?

apa kabarnya gue? hmm..?

hal apa yang mendorong lo untuk berbuat sekonyol ini? reputasi keluarga lo yang hancur? atau karena orang tua lo yang sekarang dipenjara?" 

Renata menunduk dengan raut wajah sendu, saat itulah Nara mendekat dan mendudukkan diri di sisi gadis itu. Membuat Bima yang masih berada diantara kerumunan khawatir setengah mati dibawah sana, saat melihat Nara berada di tempat yang sangat berbahaya seperti itu. Bahkan Bima sudah hampir berlari menyusul untuk membawa Nara ketempat yang lebih aman, jika saja Jaka tidak segera mencegahnya agar memberi waktu pada kedua gadis itu untuk bicara.

"mereka akan baik-baik aja bang, tolong kasih waktu buat mereka bicara dan selesein masalah mereka" 

Bima tampak menghela nafas kasar, dan memutuskan untuk mengalah dengan mata yang terus terfokus mengamati Nara dan Renata dari jauh.

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang