Ada apa dengan jennara?

141 24 14
                                    


satu lagi ya, seperti biasa.

inget, Follow dulu sebelum lanjut.

happy reading!

***


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dalam urusan kesetiaan, sebuah kepercayaan dan tanggung jawab adalah kunci dari segala gembok persoalan yang menyangkut akan hal itu.

Kepercayaan untuk meyakini kesetiaan dan tanggung jawab untuk menjaga kepercayaan itu sendiri. Namun ada hal lain yang juga terlibat, sesuatu yang bisa mempengaruhi mood dan perasaan saat kesetiaan di uji.

Apa itu?

Hal itu adalah hati dan pikiran.

Nara tengah setengah mati menekan gejolak pada pikirannya yang riuh, untuk tidak terlalu terpengaruh dan ingin tau tentang wanita yang dia lihat bersama suaminya di restoran tadi siang, agar kegundahan yang memenuhi hatinya, paling tidak sedikit berkurang sesaknya.

Setelah berpisah dengan Jaka dan Renata, nara memutuskan untuk pergi ke mall sendirian. Gadis itu membeli banyak buku dan cemilan, sesuatu yang sejak dulu sering dia lakukan untuk menenangkan diri.

Sudah sejak sore gadis itu berdiam diri diatas tempat tidur, ditemani setumpuk novel dan beberapa bungkus cemilan yang ia biarkan berserakan di atas ranjang, sesuatu yang mungkin akan membuat Bima heran atau bahkan kesal saat melihatnya.

Bahkan gadis itu sama sekali tidak memiliki minat untuk mengerjakan pekerjaan rumah, ataupun menyiapkan makan malam untuk bima seperti biasanya.

Pikiran nara sedang kacau, dan itu sudah cukup menguras energinya hari itu.

Sampai malam tiba, Nara tetap melakukan hal yang sama dan tidak memperdulikan ataupun menyapa saat suaminya datang.

Bima yang baru masuk kedalam kamar sedikit terheran dengan apa yang sedang nara kerjakan, tidak biasanya gadis itu berada dikamar saat dia belum datang. Bahkan membaca sambil menyemil di atas kasur seperti itu , membuat dirinya terlihat seperti gadis serampangan karena banyak sekali bungkus snack dan remahan makanan di atas kasur dan lantai.

Walau tubuhnya terasa lelah dan rasanya sangat tidak menyenangkan melihat istri bersikap cuek dengan kondisi rumah seberantakan itu sepulang dari bekerja, tak lantas membuat bima kesal dan marah.

Pemuda itu tersenyum lembut dan berjalan mendekat " Kamu lagi ngapain? Tumben kamu nyemil dikamar jam segini? "

Nara melirik bima sekilas kemudian menggoyangkan novel ditangannya sebagai jawaban.

Bima masih mencoba bicara lembut " Apa kamu capek?"

" Enggak"

"Saya pikir kamu lagi capek makannya nggak masak" Kata bima yang sebenarnya sudah mengecek menu apa yang nara buat hari itu dimeja makan, tapi tidak menemukan apa-apa.

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang