sahabat pengganggu

156 25 10
                                    

hai guys, author comeback..!!

gimana malam minggu kalian?

apakah secerah pelangi atau sekelabu kepulan asap kebakaran gunung yang lagi marak terjadi?

apapun itu semoga kalian semua dalam keadaan sehat wal'afiat ya.

lanjut baca yuk!

tapi sportif ya seperti yang selalu aku ingetin di awal chapter.

"wajib follow sebelum lanjut baca. oke..!!"

***

Sementara di sebuah kedai sederhana yang terpasang plakat besar bertuliskan"AuntiesCorner", nara tengah duduk pada salah satu bangku disudut tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara di sebuah kedai sederhana yang terpasang plakat besar bertuliskan"AuntiesCorner", nara tengah duduk pada salah satu bangku disudut tempat itu. 

Sudah sekitar setengah jam yang lalu gadis itu duduk disana, bahkan melakukan berbagai tindakan random untuk mengerjai sahabat tercintanya yang tengah bekerja. 

Nara terus melakukan kejahilan pada renata dengan tidak memesan makanan dalam satu kali pesanan, namun menambah pesanan beberapa kali agar renata kerepotan bolak-balik melayaninya, memprotes cara renata meletakkan pesanannya, membuang tisu sembarangan saat renata tengah menyapu, bahkan dengan sengaja menumpahkan sedikit minuman dilantai ketika renata tengah mengepel. Hal itu benar-benar sukses membuat renata geram dan ingin sekali menelan hidup-hidup sahabat gilanya itu. 

"Mendingan lo minggat sekarang, atau gue masukin obat perangsang diminuman lo biar kak bima ngga usah nunggu 4 tahun buat unboxing bedebah kucrut model lo begini" Desis renata lirih sambil mengepel lantai dan sesekali melirik ke arah mila yang baru saja mengantar pesanan ke meja pelanggan. 

" Maaf, anda ngusir saya? Saya ini pelanggan lho disini. Berani sekali anda? 

mana manager tempat ini? saya mau bicara, bisa-bisanya pelayan mengancam pelanggan" Sinis nara dengan maksud bercanda. 

Renata bertolak pinggang sambil melotot " Wah, langsung darah tinggi nih gue. bisa nggak lo berperasaan sedikit, ini gue masih sabar lho sist.." Keluh renata kemudian memijat tengkuknya, sukses membuat nara terbahak sambil bertepuk tangan heboh. 

" Hahahahaa... 

Gila-gila, nggak nyangka gue bisa ngeliat pemandangan seperti ini. 

Bentar-bentar perlu di abadikan ini ta" Dengan jahil nara mengeluarkan ponselnya dan memotret renata yang saat itu tengah memakai appron dengan alat pel lantai ditangannya. 

"Heh, lo gaya dikit donk. " Perintah nara seenaknya. 

" Si anjir bener-bener minta digeprek ni anak" Sungut renata sambil menaikan lengan baju panjangnya untuk bersiap menjambak rambut nara. 

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang