amukan Jennara

170 25 16
                                        


-bahagian dua-

selamat membaca

***

"iya om, ini saya udah deket kok"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"iya om, ini saya udah deket kok"

"harus kamu duluan yang menemukan berkas itu Bima, kalau enggak, masalah besar akan terjadi"

"sebenarnya ada apa om? dan berkas apa yang om maksud?"

"kamu akan tau nanti, sekarang om minta tolong sama kamu untuk segera kerumah dan mengamankan berkas itu sebelum Nara lebih dulu menemukannya.

Aduuh, salahku juga karena lupa menyimpannya lagi kedalam brankas, setelah mengambil sertifikat rumah kemarin.

Sudahlah, pokoknya om minta tolong sama kamu Bima. 

Semua akan kacau, kalau Nara menemukan berkas itu duluan"

"baik om, ini saya sudah sampai didepan rumah.

tt-ttapi om" ucapan Bima terjeda, karena melihat sebuah motor terparkir dihalaman.

"ada apa Bima?"

"sepertinya saya terlambat, didepan udah Ada motor ayah, om"

"Astaga, hancur sudah.

Cepat masuk Bim, jangan biarkan Nara membacanya"

Bima mematikan panggilannya dan setengah berlari Bima memasuki rumah mendiang ayah Nara. Setelah beberapa bulan pindah kerumah mereka sendiri, baru hari itu Bima datang kesana kembali karena sibuk bekerja. Berbeda dengan Nara yang hampir setiap akhri pekan selalu datang kerumah itu untuk memberi makan ikan-ikan peliharaan mendiang ayahnya.

Dengan langkah terburu-buru pemuda itu berjalan melewati ruang tamu dan ruang keluarga, kemudian membuka kasar pintu kamar mendiang mertuanya. Melangkah pelan dan hati-hati, Bima mendekati Nara yang tengah terduduk dilantai sambil bersandar pada sisi ranjang.

"Nn-nnara.." panggil bima, gadis itu pun menoleh, Dan dapat Bima lihat butiran air bening mengalir begitu deras dari kelopak mata gadis itu.

"Aa-aada apa nara?" tanya bima khawatir.

Gadis itu menunduk dengan bahu bergetar hebat, tangisan yang diam-diam sering bima lihat itu, entah mengapa, kali ini terasa begitu berbeda.

Dengan sigap, ditariknya tubuh bergetar nara kedalam pelukannya, lalu mengusap lembut punggung dan kepala gadis itu.

"ada apa Nara? Kamu kenapa?

Jangan seperti ini, kamu membuatku khawatir"

Nara mengurai dekapan Bima dengan dorongan kecil pada dada pemuda itu, kemudian berdiri dan mengusap kasar air mata dipipinya.

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang