yang terjadi setelahnya

119 22 11
                                    

hai..

udah siap lanjut baca belum?

ambil selembar-dua lembar tissu dulu boleh, siapa tau perlu. hehehee..

***

Malam itu hujan turun begitu derasnya, disertai gemuruh petir yang sesekali terdengar bersahutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu hujan turun begitu derasnya, disertai gemuruh petir yang sesekali terdengar bersahutan. Seolah turut bersedih dan terluka, menemani insan-insan Tuhan yang nampaknya masih sangat terguncang akan apa yang baru saja terjadi.

Mungkin sudah sekitar 10 jam setelah Nara dipindahkan dari ruang operasi, selama itu pula Bima hanya duduk dengan pandangan kosong, menatap nanar sosok Nara yang kini terbaring lemah didepan matanya. Tangannya yang sedari tadi dia tautkan dengan tangan Nara, menjadi  bentuk keseriusannya, bahwa Bima tidak akan meninggalkan gadis itu, apapun yang terjadi.

Tak berapa lama, sepasang suami istri datang dan berjalan mendekati pemuda itu.

Bima masih tak bergeming, meski pemuda itu menyadari kehadiran kedua orang tuanya.

Dengan ragu Veronika membelai lembut kepala Bima, kemudian mengusap bahu pemuda itu dengan tatapan yang begitu prihatin, tak berbeda dengan Cakra, yang sejak datang sudah memasang raut wajah sedih dan terpukul.

Masih dengan tatapan kosong bercampur sendu, Bima sama sekali tidak menggubris kehadiran kedua orang tuanya, hingga akhirnya pemuda itu kembali meledakkan tangisnya kala Veronika menarik pemuda itu kedalam pelukannya. Bahunya bergetar hebat, dengan suara tangisan yang terdengar begitu pilu dan menyakitkan.

Veronika dan Cakra tau apa yang tengah Bima rasakan, tidak ada yang bisa mengelak rasa pedihnya, kala melihat orang yang kita sayangi sakit dan tak berdaya seperti itu, mereka sangat memahaminya, meski tak ada satu katapun yang mampu mereka katakan untuk membuat Bima tenang, saat melihat betapa rapuh pemuda itu saat ini.

"kenapa ini terjadi sama Nara mah? aku nggak bisa kalau Nara nggak ada.

tolong katakan kalau ini semua cuma mimpi mah, tolong katakan kalau ini semua nggak nyata.

Nara cuma tidur kan mah? Nara pasti akan bangun kan mah?" Bima terus merengek dengan suara bergetar karena tangis, pemuda itu terlihat sangat kacau dan frustasi. benar-benar kontras dengan kesehariannya yang selalu terlihat gagah dan berwibawa.

Tangisan pilu Bima membawa luka tersendiri bagi kedua orang tuanya, Veronika terus mendekap erat tubuh bergetar putranya yang tengah sangat terpukul atas apa yang menimpa istrinya, Air mata turut mengalir dari mata Cakra dan Veronika, keduanya sama sekali tidak pernah menyangka jika kebahagiaan yang baru saja Bima rasakan dari pernikahannya dengan Nara akan mengalami guncangan seperti ini.

Veronika mengurai pelukkannya dan menangkup wajah pemuda itu dengan kedua tangannya, dihapusnya air mata Bima dengan ibu jarinya.

"Nara akan bangun, Nara pasti akan kembali sayang.

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang