memaafkan untuk mengobati luka

180 24 9
                                    


Last but not least..

Happy reading..!! 

***


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nara membelai kepala Bima yang tertunduk sedih, lalu menarik tubuh pemuda itu kedalam pelukannya sambil mengusap lembut punggung Bima.

Pada akhirnya Nara tau, apa yang pernah terjadi antara Bima bersama mendiang orang tuanya di masa lalu, juga alasan kenapa Bima terlihat tidak dekat dengan kedua orang tuanya sendiri, hingga memilih untuk pergi belajar ke luar negeri dan tinggal terpisah dengan keduanya setelah bekerja, bahkan Bima selalu bersikap dingin dan ketus pada kedua orang tuanya saat dinasehati.

Nara mengurai pelukannya dan mengusap kelopak mata Bima yang basah, kemudian menggenggam tangan pemuda itu.

Tersenyum lembut dengan ibu jari yang membelai punggung tangan pemuda dihadapannya.

"Aku bangga sama kakak, Kakak hebat bisa melewati masa sulit itu dengan baik dan tumbuh menjadi orang sehebat ini" kata Nara, saat itulah Bima mendongak.

"Tapi kalau boleh aku ngasih saran sedikit aja buat kakak, gimana kalau mulai sekarang kakak mencoba merubah sikap kakak ke mama dan papa sedikit demi sedikit.

aku tau kakak pasti kecewa, atau bahkan trauma karena pernah ditinggalkan.

Tapi mereka pasti punya alasan kenapa bisa sampai mengabaikan kakak.

Kalau mereka nggak sayang sama kakak, nggak mungkin sekarang kakak ada disini sebagai anak mereka. yang ada pasti sekarang kakak sedang menjagaku sebagai seorang kakak, bukan suami. Iya kan? " Kata Nara, sambil menelisik ekspresi diwajah Bima.

"sekarang coba kita balik situasinya, kalau kakak yang ada diposisi mama dan papa saat itu.

apa yang akan kakak lakukan?"

"Saya akan menjemput anakku terlebih dulu, sebelum membawa istriku kerumah sakit"

Lagi-lagi Nara tersenyum " kakak yakin bisa berfikir seperti itu jika berada diposisi papa?

Coba lihat diri kakak sekarang, kakak bahkan meninggalkan pekerjaan kakak, dan mengabaikan tanggung jawab kakak terhadap perusahaan dan puluhan karyawan yang menggantungkan kehidupannya pada perusahaan yang kakak pimpin" Jawaban Nara sontak membuat Bima membeku dengan raut wajah tertegun. 

Menyadari perubahan ekspresi diwajah suaminya, tangan Nara terulur membelai pipi pemuda itu, "kita  tidak bisa menyalahkan seseorang yang bertindak dalam situasi mendesak, karena tidak semua orang bisa berfikir jernih ketika mengambil keputusan dalam keadaan tertekan.

Tidak ada orang tua yang nggak sayang sama anaknya, apalagi sampai tega membuang anaknya sendiri. kecuali orang-orang bodoh yang tidak bertanggung jawab, yang sering menggunakan pendapat dan aturan masyarakat sebagai alasan untuk berbuat sekeji itu.

PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang