ke khawatiran bima

136 29 26
                                    

last.!

***



Tanpa memperdulikan pekerjaannya yang belum selesai di luar kota, bima segera kembali setelah mendapat telfon dari damar tentang insiden yang menimpa nara dan renata.

pemuda itu langsung keluar dari dalam mobilnya lalu berlari memasuki kantor kepolisian dan mendapati nara tengah berpelukan dengan renata di ruang tunggu.

"Nn-nnara.." panggil bima, seketika kedua gadis itu mengurai pelukannya dan menghadap bima yang tampak sedikit terkejut setelah melihat beberapa memar diwajah nara.p

Bima melangkah cepat dan berjongkok didepan nara yang masih terduduk.

"astaga, kenapa sampai kaya gini sih ra?" tanya bima dengan nada khawatir, sambil membelai lembut pipi nara, Gadis itu tidak menjawab dan hanya menunduk.

"mm-mmaaf kak, ini semua nggak akan terjadi kalau aku nggak nelfon nara untuk menjemputku" sesal renata dengan suara lirih, saat itulah bima menoleh dan menatap renata dengan ekspresi menahan amarah.

"setidaknya kamu menyesalinya, lain kali berfikirlah sebelum mengajak orang lain masuk kedalam masalahmu" sarkas bima yang seketika membuat nara mendongak dan menatapnya tajam.

"kakak kok ngomongnya gitu? 

Renata nggak salah, aku yang memulai pertengkaran. Jadi kalau kakak mau marah, marah sama aku !.

 jangan pernah bicara seketus itu sama temen aku !." sentak nara dengan nada marah dan tidak terima.

"tapi ra, lihat kamu sampai babak belur begini" jawab bima dengan tangan yang kembali membelai wajah nara sambil meringis

"udah nggak usah dibahas.

Kakak kesini sebagai wali kan? urus saja prosedurnya !.

aku capek pengen cepet pulang" elak nara, sembari menepis halus tangan bima dari wajahnya.

Bima sedikit terkejut dengan sikap ketus nara padanya, pasalnya saat terakhir mereka bertemu,  nara masih bersikap manis padanya bahkan membekalinya dengan banyak omelan khas ibu-ibu yang menyuruhnya untuk tidak bekerja terlalu keras dan wajib makan tepat waktu.  Tapi apa yang baru saja keluar dari mulut nara membuatnya sedikit bingung. 

Tanpa ingin memperpanjang masalah, bima segera mengurus prosedur pembebasan bersyarat bagi nara dan renata.

Setelah nara dan renata dinyatakan bebas bersyarat dan di ijinkan untuk pulang,  bima dan nara langsung kembali kerumah baru mereka.

Gadis itu keluar dari dalam mobil dengan bantingan keras pada pintu mobil bima dan berjalan cepat memasuki rumah. Bima masih berusaha menahan amarahnya dan hanya menatap punggung nara yang perlahan menghilang dibalik pintu utama.

 Bima masih berusaha menahan amarahnya dan hanya menatap punggung nara yang perlahan menghilang dibalik pintu utama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PARAMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang