05. Tolong

481 35 5
                                    

Pagi ini Sean sengaja tidak masuk ke kelas dalu, dan langsung ke kantin niatnya. Sesuai janjinya, dia menginginkan pipi Jake. Sean menepikan dirinya disamping uks untuk menghubungi pacarnya itu.

Suasana pagi itu sepi hanya ada beberapa yang berkeliaran disana, membuat Sean bisa percaya diri.

"Hey dimana? Aku lagi di depan uks, inget kan janjinya semalem?"

"Ah bentar Sean dikit lagi mau selesai"

"Lagi ngapain? Nyontek pr?"

"Iya hehe, ini udah selesai kok kurang satu nomer"

"Em yaudah aku duluan aja, tapi janji dateng ya jangan bohong"

"Tunggu dulu ih, udah nih. Otw"

"Iya sayang, jangan lari-lari nanti jatoh lagi"

"Biar digendong Sean lah"

Sean tersenyum lebar setelah telfon itu mati. Ia menyandarkan punggungnya ke jendela uks. Entah apa yang membuatnya senang hari ini, yang jelas yang diincar adalah pipi Jake.

Tanpa Sean sadari dirinya telah tersenyum lama sembari membayangkan hal-hal yang ingin sekali ia lakukan nanti.

Nathan dan Jeriko yang baru saja lewat dibikin penasaran dan langsung mendekat. Mereka saling bertukar pandang sebelum akhirnya Nathan merangkul Sean tiba-tiba.

Sean pun langsung menghilangkan senyumannya dan menatap mereka bingung.
"Nathan? Jeriko?"

Merasa dipanggil Jeriko pun tersenyum miring. "Ngapain lo senyum-senyum kayak orang gila?"

"Oh jangan-jangan udah ada cewek nih," tambah Nathan mendekatkan bibirnya ke telinga Sean. "Boleh dong bagi ke kita"

Sean menjauhkan wajahnya dan menatap geli.
"Enggak ada Nathan", namun Nathan tetap terus mendekati Sean secara paksa.

Tangannya bergerak menyentuh alat bantu dengar yang kini sudah berganti warna. Seperti ada niat buruk untuk temannya itu, tanpa menunggu lama Nathan menarik alat itu dari telinga Sean dan Sean yang merasa ada yang aneh pun berusaha merebutnya kembali namun Jeriko menahannya.

"Nathan jangan"

Berontaknya kepada Jeriko, Nathan sibuk memperhatikan setiap bentuk alat itu sebelum akhirnya melemparnya ke sembarang arah.
Sean membulatkan matanya lebar sekali, tangannya ditahan oleh Jeriko dibelakang.

"Jeriko lepasin-Nath jangan!"

Terlambat kaki Nathan lebih dulu menginjak alat itu dengan mudah membuatnya terbelah menjadi dua bagian.

"Apa, mau ini? Ambil nih, Jer lepasin deh kasian" ucap Nathan setelah berhasil merusak alat yang sangat berharga bagi seorang Sean.

Alat itu, alat yang baru dibelinya kemarin. Dengan uang tabungan yang berhasil ia kumpulkan dengan kerja paruh waktu itu, dengan mudahnya dirusak didepan matanya.

Nathan dan Jeriko tertawa terpingkal melihat Sean yang berlari lemas menghampiri alat rusak. "Fungsinya sekolah buat si tuli apaan sih Jer?"

"Mana gue tau, mending gausah sekolah sekalian. Nyusahin aja"

Kalimat buruk itu tentu tidak ada yang bisa didengar ditelinga Sean, untungnya. Sean memunguti bagian-bagian dari alat itu. Ia berdiri tanpa ingin melakukan perlawanan terhadap mereka, karena percuma.

Jake baru saja datang dan langsung terfokus pada alat itu, bahkan Sean tidak tersenyum untuk menyapanya. Jake tahu itu ulah mereka berdua, tanpa pikir panjang Jake menarik kerah Jeriko yang lebih dekat dengannya dan langsung memaki-maki walaupun Sean tidak bisa mengerti.

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang