61. Tak Berujung

227 25 6
                                    

Brakk

Seorang wanita berumur 30an itu menggebrak meja hingga si kecil tersentak kaget. Dengan wajah yang merah dan dada yang naik turun itu membuat Jake sedikit menciut dan bergemetar kedua tangannya.

"Heh mas! Mas itu buta apa tuli sih? Saya pesennya apa datengnya apa?! Kalo masih baru tuh jadi tukang bersih bersih aja jangan langsung dikasir. Kalo gini siapa yang rugi? Saya lah?!" Telunjuknya mengarah tepat didepan mata Jake.

Jake menelan ludah berat, ia mengepalkan kedua tangannya untuk menahan badannya yang ikut gemetaran.

"I-iya maaf" Jake menunduk karena takut dengan tatapan itu.

Brakk

"Dikatain dikit aja udah nangis, gimana kalo sama pelanggan yang lain. Beruntung saya gak main fisik sampe nyiram air ke muka mas" suara itu begitu lantang hingga memanggil si pemilik cafe yang lain.

"Mas!" Panggil wanita itu sambil mengkode agar Sean mendekat.

Sean bingung kenapa Jake menunduk dan tangannya terus mengepal.

"Maaf ada apa ya ini?" Disatu sisi ia ingin tahu apa yang terjadi dan disatu sisi ia ingin menghampiri pacarnya itu.

"Mas kalo ngerekrut orang gimana sih? Apa gak dilihat dari pengalaman dia udah pernah di kasir belum? Kalo gini kan saya yang rugi, saya juga pesen udah jelas suara saya gak pelan. Yang dateng malah apa? Matengin dulu skill nya jangan asal naruh" dengan penjelasan itu membuat Sean paham ternyata ada kesalahan kecil.

Ia khawatir kala si kecilnya memajukan bibir bawahnya dan hampir menangis itu. Ia tak berani menatap Sean, hanya menunduk dan berusaha untuk tutup telinga.

Cafe cukup ramai hingga mereka tak memiliki banyak waktu hanya untuk meributkan hal ini lama lama.

"Baik, maaf sebelumnya kalo ada kesalahan dan kelalaian dari kami, kami siap untuk mengganti rugi pesanan mbak tanpa biaya apapun"

"Jangan Sean kita rugi" lirih Jake.

"Diam ya kamu!" Saut wanita itu membuat Jake kembali menciut.

"Ya saya minta ganti rugi dong. Saya udah buru buru hampir telat belum makan juga malah pesenan salah"

"Iya mbak saya minta maaf, dan silahkan kembali ke mejanya"

Setelah itu Sean membawa Jake ke dalam untuk menenangkannya. Sebelum itu Sean sudah selesai dengan pesanannya.

Ia menghampiri si kecilnya yang duduk dikursi tinggi dan masih terisak. Sean tersenyum lalu membawa tubuh itu ke dalam dekapannya. Mengusap surai lebat itu lalu beralih ke punggung.

"Sayang takut" rengeknya mengadu.

"Gapapa kamu gak salah, emang lagi rame aja jadi kurang fokus. Lagian udah diganti kok" Sean menyisir rambut itu ke belakang dengan lembut seperti ibu dan anaknya.

Bibirnya turun ke bawah, puppy eyes itu membuat Sean gemas.

"Gapapa sayang, emang berat kalo jadi kasir, resikonya kena komplain terus. Bilang ya kalo kamu gak kuat nanti biar aku aja yang didepan" tuturnya.

"Tapi kan kamu bagian dapur? Aku juga gak bisa bikin kopi kopian" jawabnya lugu.

"Aku didapur juga dikasir. Kamu duduk aja nungguin kalo gak ya dirumah"

"Ish gamau ah! Enak aja orang ini punyaku masa aku tinggal" gerutunya seakan akan dia pemiliknya.

"Iya iya siap bos"

Jake bisa tersenyum kembali, ia memukul mukul perut Sean karena malu.

"Suka banget bikin aku salah tingkah" gumamnya.

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang