13. Kenapa Harus Haidar

370 28 9
                                    

"wih seragam baru nih, orang kaya coy !" Sorak Nathan memukul-mukul pundak Sean.

"Gokil sih padahal tinggal beberapa bulan lulus"

"Keliatan anak mama"

"Nanggung banget, kasian orang tuanya kalo gue sih!"

"Haha bener mikir juga padahal mau lulus"

Sean berjalan menunduk melewati gerombolan orang-orang yang selalu melontarkan penghinaan. Sudah biasa dan kebal.

Sean juga tak ambil pusing soal itu. Yang penting hubungannya dengan Jake aman.

Ia meletakkan tas ke bangku dan langsung mengambil buku bacaannya. Ia clingak-clinguk mencari pacarnya, namun tidak ada. Ia merogoh ponselnya lalu mencari nomor Jake dan segera menghubunginya.

Kamu belom berangkat? |

| Udh kok lagi di kantin
| Sarapan

Iku—

| Sama haidar jeriko jinan

Oh yaudah yang kenyang ya |

| Sean udh sarapan?

Udah yang aman pokoknya |
Jangan lupa belajar ada ulangan yang |

| Males banget asli

Heh harus semangat dong |
Pokoknya nilainya harus |
lebih tinggi dr aku oke yang?

| Gamau

Ishhh yaudah kamu sarapan |
dlu aja maaf ganggu

| SIP

Sean menghela nafas dan memutuskan untuk pergi ke rooftop. Mungkin untuk menghilangkan pikiran negatifnya di pagi ini.

Sean sudah ada di rooftop, baru saja menyenderkan tubuhnya ke tembok dan memposisikannya dengan nyaman.
Kepalanya menengadah ke langit.

Ia tersenyum pahit, sembari memegangi perutnya.

"Laper"

Sean belum sarapan hari ini, bahkan terakhir dia makan di cafe. Dirinya tidak punya uang untuk sekedar membeli makanan pengganjal perut. Uang hasil part time nya kemarin ia pakai untuk membeli seragam yang disobek temannya.

Hembusan angin menerpa wajahnya membuat  rambutnya terangkat ke atas. Seseorang datang, Sean buru-buru membuka bukunya untuk menghindari kontak mata dengan orang itu.

"Loh kak Sean disini juga" ucap orang itu membuat Sean menoleh.

"Sabian" gumam Sean sebelum akhirnya dirinya ikut join.

Sabian tersenyum ikut menyandarkan tubuhnya ke tembok. Atensi Sean teralih ketika Sabian membuka kotak bekal berwarna biru muda. Ia menelan ludah ketika melihat isi dalam kotak itu.

Buru-buru ia mengalihkan pandangannya dan kembali fokus membaca.

"Ini buat kak Sean, pas banget Bian bawa dua hehe" Sabian menyodorkan sandwich segitiga yang cukup menggoda Sean.

Sean menggeleng, dirinya lapar tapi jika ikut makan bekal orang lain dia nggak mau.

"Nggak usah, dimakan Bian aja" tolaknya secara halus.

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang