47. Bocah Dua Tahun

285 30 2
                                    

"Sean" panggil Jake.

"Iya kenapa?" Jawabnya sambil membersihkan debu debu diatas meja kasirnya.

"Kamu gak tanya soal cowo yang kemarin? Sama aku" ucap Jake takut.

Bisa dibilang Sean ingin tahu tentang siapa yang bersama Jake kemarin, namun pasti terdengar menyakitkan. Jadi ia berusaha bisa diam dan melupakkan.

"Enggak, kenapa?" Sean berusaha untuk fokus dengan kegiatannya itu.

"Em, itu .." Jake menatap Sean yang tak menatapnya balik.

Bermain dengan jemarinya karena merasa takut. Bukan takut karena Sean marah, karena Jake tahu Sean tak setega itu kepadanya. Jake takut Sean hanya tersenyum dan mengiyakan semua penjelasannya.

"Itu mantanku" tangan Sean yang awalnya bergerak memutar membersihkan noda dimeja itu pun seketika berhenti.

Jake menelan ludah, "beberapa hari gak lama ini kita sering ketemu, Ah enggak mksdnya gak sengaja ketemu"

"Kemarin sebenernya aku mau mantau Sean. Sean juga akhir akhir itu jarang bales chat, jarang ada kabar, aku maklumin karena kamu kerja. Tapi waktu aku samperin ke cafe selalu gak ada. Jadi aku mutusin buat mata matain terus gak sengaja ketemu dia mantanku, ter—" ucapan Jake terpotong.

"Terus kenapa manggilnya sayang" Ucap Sean dengan berani, Jake tersentak mendengar suara yang sedikit tegas itu.

"Gak tau dia gak jelas. Dia maksa aku buat make jaketnya. Padahal aku udah nolak, terus kamu liat sendiri kan kalo dia yang makein" Jake berusaha meyakinkan Sean.

Sean yang tertarik dengan topik kali ini pun langsung menyusul Jake yang duduk dikursi tak jauh darinya. Menatap kepunyaannya dengan serius.

"Gak usah ngaku ngaku lo bukan pacarnya dan dia udah putus . Ngerti?!" Tegasnya.

Perkataan itu selalu menghantui pikirannya. Apa yang Jake maksud dengan putus? Dan kenapa orang asing itu seolah paham jika Sean bukan pacarnya. Apa yang sudah Jake katakan tentang yang disebut pacarnya itu kepada yang disebut mantannya itu.

"Hm iya" singkatnya tak mau memperpanjang.

"Sean aku beneran gak bohong, dia yang goda aku terus, Haidar tau soal itu"

"Kenapa ada Haidar? Kenapa aku gak tau? Kenapa dia bilang kalo kamu udah putus dan aku bukan pacarmu?" Kali ini Sean tidak bisa mengontrol mulutnya.

Semua yang menghantuinnya ia keluarkan yang menyebabkan Jake ingin menangis. Jake tidak suka Sean hanya tersenyum dan iya, tetapi juga Jake tidak menyukai Sean yang tegas dan seolah menginterogasinya.

"S-sean jangan gitu aku takut" suara Jake bergetar, tangannya menggenggam tangan Sean untuk menenangkannya, padahal Sean tak sedang marah.

Jake hampir menangis karena tatapan dingin Sean.

"Aku lagi belanja di mall tiba tiba ketemu dia, awalnya aku gak nanggepin karena aneh banget kalo udah lama gak ketemu langsung akrab. Dia makin lama makin lancang. Aku marah karena dia ngejelekin kamu ngerendahin kamu. Sampe aku mau mukul dia tiba tiba Haidar dateng sambil rangkul aku ..." jelasnya sambil menangis.

Raut wajah yang serius dan rahang menegas membuat Jake semakin takut.

"Tapi aku gak ngapa ngapain Sean, kamu harus percaya" Jake merengek, memohon agar Sean langsung mempercayainya.

"Haidar langsung bilang kalo dia pacarku biar aku gak digangguin lagi" lanjutnya.

"Soal putus?" Tanya Sean.

"Aku bilang udah putus maksudnya sama keboongan Haidar. Karena kan aku sama Haidar gak pacaran. Pacarku cuma Sean."

Sean tersenyum mendengar kalimat terakhirnya. Walaupun dalam hati ia ingin berteriak namun ia tahan untuk mempertahankan harga dirinya.

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang