23. Beteng Pertahanan Yang Roboh

347 26 4
                                    

Haidar dan anteknya siap memangsa Sean yang kini tengah berjalan sendirian. Buru-buru mereka mengunci langkah Sean dan Haidar langsung merangkulnya.

"Anjai songong banget lo sekarang"

Sean hanya menunduk tak berniat untuk merespon. Karena percuma Haidar tak mau mengalah. Ia terus berjalan mengabaikan hingga Nathan mendorong tubuh Sean lebih kasar hingga menatap ke dinding.

"Kalo diajak ngomong tuh jawab! Lo cuma tuli bukan bisu!" Suara itu nyaring ditelinga Sean.

"Urusan dia sama gue Than, biarin" Haidar mengisyaratkan agar Nathan dan Jeriko mundur.

Haidar mencekeram kerah Sean dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Membuat Sean sedikit jengkel namun tak merespon apa-apa. Sean menatap cuek membuat Haidar benci.

Haidar mencekeram kedua pipi itu hingga menggembung. "Sekali-kali lawan kek, nggak capek diem terus?"

"Kan dia bisu, Dar. Mau lo paksa pun nggak bakalan ngomong" tambah Jeriko yang langsung ditertawai.

Haidar terkekeh, ia beralih ke rambut Sean dan mengacak-acaknya. Memainkan wajahnya itu dengan kasar. Tapi sekali lagi Sean hanya diam.

"Ck, anjing lo lawan gue kek! Gue yang capek kalo lo nggak ada reaksi apa-apa" kali ini Haidar menampar pipi Sean.

"Ayo lawan gue cupu! Apa tuli? Apa bisu hahaha"

Merasa kesal karena korbannya selalu diam ketika dibully. Haidar terus menyakiti bagian tubuh Sean agar ia mau memberikan respon yang diinginkan. Namun salah, Sean justru menarik tangan Haidar untuk menjauh.

Mereka berdua kebingungan, kecuali Haidar yang siap membalas perlakuan itu. Dan lagi-lagi Haidar mematung ketika Sean mengatakan hal yang cukup mengejutkan.

"Nggak semestinya seorang kakak ngelukain adeknya" ucap Sean tepat ditelinga Haidar sebelum akhirnya melangkah keluar kelas.

Hanya Haidar yang dapat mendengar itu, dan sekarang Haidar kehabisan kata-katanya. Nathan dan Jeriko pun langsung menghampirinya.

"Bro nggak apa-apa? Dia ngomong apa?"

"Si anjing nggak jelas tuh anak"

Haidar masih diam mematung, mengingat kalimat yang Sean ucapkan barusan.

"Kak ini beneran?" - batin Haidar.

Sean berlalu begitu saja seakan tak terjadi apapun. Sean sadar itu Jake yang telah menyenggol lengannya. Buru-buru dirinya berjalan tanpa ada rasa ingin menoleh untuk menyapa. Sean trauma, dirinya tak mau sakit seperti dulu lagi.

Berbeda dengan Jake yang kini tersenyum dengan tatapan kosong. Padahal Jake sengaja agar Sean atau dirinya meminta maaf soal itu. Tapi apa, Sean malah cuek dan pergi begitu saja. 

Jake kembali berjalan ke bangkunya, menunduk karena merasa malu ada Haidar disana.

"Pergi yok gue geli disini" ucap Haidar yang ditujukan pada Jake.

Jake hanya diam dibangku bermain ponselnya yang sedari tadi ia geser-geser saja. Ia sadar ucapan Haidar. Sekarang Jake membenci dirinya.

Tak ingin menyerah untuk memperbaiki hubungannya, Jake kini berada di area lapangan. Melihat Sean yang bermain basket dengan teman barunya. Ia sudah memegang botol minum yang niatnya untuk diberikan ke Sean.

Walaupun Sean lama tak menyadari ada Jake disana tak membuat Jake putus asa.

"Woi diliatin tuh" Felix teman baru Sean menyenggol lengan.

Sean menoleh ke arah yang dimaksud. Ia menyipitkan matanya untuk mencari seseorang.

"Mana?"

"Itu yang lagi ngeliat ke sini" jawab Felix menunjuk.

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang