42. Gubuk Kecil

255 24 2
                                    

"Nyusahin aja si kupret" Umpat Nathan.

Haidar tersenyum miring menyetujui.

"Kalo dah gini mau ditaruh mana muka kita" Lanjut Nathan.

Haidar mengedarkan pandangannya menatap orang sekitar yang tengah sibuk masing masing.

"Gak terlalu peduli juga mereka, kita cari aja siapa tau ada di luaran" final Haidar.

"Jinan lo mau ikut nyari?" Tanya Sabian setelah Haidar dan Nathan pergi.

Jinan berpikir sejenak, "Ikut, biar cepet ketemunya"

Jeriko datang tiba-tiba dan langsung merangkul pundak Jinan kesayangannya. Jinan tersenyum karena surainya diusak oleh pacarnya.

"Disini aja, biar berdua yang nyari" Jeriko menahan Jinan.

Sabian menghela nafas lelahnya, membuang muka karena tidak ingin melihat pemandangan yang memuakkan. Jeriko mengecup kening kesayangannya tanpa aba aba.

"Yaudah gue mau nyari kak Sean aja"

• LTM •

Gerimis kecil kecil perlahan membasahi pakaiannya. Sean melepas alat bantu dengarnya, menggunakan tangannya untuk menahan air hujan. Khawatir, malam sedingin ini dan Jake malah menghilang.

Seluruh sudut villa sudah ia cari dan tidak menemukan jejak si kecil. Sean penasaran dengan jalan setapak menuju hutan. Pikirannya ragu namun kakinya memaksakan untuk kesana.

Karena tidak bisa mendengar suaranya sendiri. Sean memilih untuk diam. Mengedarkan pandangannya tanpa luput dan masih belom menemukan tanda tanda. Berjalan semakin jauh juga hujan semakin deras akhirnya ia menemukan sebuah gubuk, pikirannya hanya satu untuk berteduh.

Segera mungkin ia percepat langkahnya untuk menuju gubuk yang hanya dengan lampu kuning kecil sebagai penerangan. Mungkin memang disediakan oleh pemilik villa? Pikirnya.

Bola matanya membesar ketika menemukan yang dicari cari. Sean berlari dan segera memeluknya, mengusap setiap bagian tubuh si kecil untuk mengecek apakah ia baik baik saja.

"Aku khawatir banget kamu tiba tiba ngilang. Kamu gak apa apa kan? Gak ada yang luka apa kenapa?" Racaunya terlalu khawatir.

Sean manakup kedua pipi itu, menatapnya lebih dalam untuk memastikan bahwa miliknya baik baik saja. Tidak ada respon dari Jake, hanya diam menatap kedua netra tersebut.

Sean kembali memeluknya, mengecup puncak kepala Jake berkali kali sebagai tanda terima kasihnya. Dan tidak menyadari bahwa ia telah melepas alat bantu dengarnya.

Jake sedikit menggeser lengan Sean merasa aneh dengan telinganya.

"Dimana kupingnya?" Jake menyebut alat bantu dengar dengan kuping.

Sean mengerutkan keningnya merasa tidak paham. Melupakan kalo dirinya tuli.

"Kok gak kedengeran yang?" Tanyanya polos.

Jake terkekeh, walaupun dirinya masih kesal perkara fotbar. Tapi Sean selalu terlihat polos.
Jake mulai mengangkat kedua tangannya untuk membentuk sebuah kalimat.

"Kupingnya kemana? Kamu gak pake?"

Dan Sean langsung paham, ia merogoh celananya dan memasang alat bantu itu.

"Tadi ujan jadi aku lepas" Sean nyengir.

"Das—gak jadi aku lagi ngambek" Jake langsung melipat kedua tangannya dan membuang muka.

"Yang kok ngambek?" Sean langsung duduk disebelahnya.

"Apa sih, aku lagi ngambek bodo amat jangan deket deket!" Tekannya.

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang