11. Tawuran

341 24 6
                                    

Disepanjang perjalanan hanya ada suara tangisan yang tak henti-hentinya. Sean mana tega melihat seperti itu. Ingin sekali ia gendong tapi kondisi tubuhnya saat ini tidak mampu.

"Sebenernya pengen ku gendong tapi badanku bau keringet yang dari tadi, nggak papa ya jalan kaki?"

Jake hanya mengangguk tanpa menoleh. Sean menaruh tangan kanannya dipinggang Jake, sedikit mengusapnya untuk menenangkannya. Tapi jujur saja, Sean masih wangi dikondisi seperti ini.

"Kamu malem-malem gini apa nggak takut yang sampe nyamperin ke cafe. Aku malah khawatir sama kamu, takut"

Jake hanya diam saja sampai mereka tiba di rumah Sean. Langsung pergi ke kamar dan Sean siap-siap untuk mandi.

"Bentar ya aku mandi dulu nanti kita omongin pelan-pelan. M—maaf aku nggak punya apa-apa buat dimakan. Kalo boleh nanti aku keluar sebentar buat beli camilan"

Jake masih terdiam dan Sean paham maksud dari itu. Ia langsung berlari ke kamar mandi dan melepas seluruh pakaiannya dan seragamnya yang tadi sudah berantakan.

Ia melepas alat bantu dengar itu dan sedikit memukul-mukulkan pada tubuhnya. Mengecek apa masih berfungsi baik.

Selesai mandi dan berganti pakaian Sean langsung menghampiri Jake yang sedikit lebih tenang dari tadi. Ia duduk disampingnya dengan kondisi rambut masih basah.

Melihat wajah itu membuat Sean merasa bersalah. Sean tersenyum, hatinya ingin sekali mengatakan banyak hal namun bibirnya sulit untuk mengungkapkan.

"Aku boleh peluk nggak?" Tanyanya, Jake hanya melirik sebentar tanpa menjawab.

Sean sudah dibatas kemampuannya.

Ia merapatkan tubuhnya dan melingkarkan kedua tangannya ke tubuh yang lebih kecil darinya. Ia dekap dengan hangat dan penuh kasih sayang. Sean mengecup puncak kepala Jake sebelum memulai berbicara.

"Gigit aja pundakku biar aku juga ngerasain sakitnya" pinta Sean.

Jake membalas pelukan itu dan langsung menggigit kuat pundak Sean. Si korban menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit. Jelas seberapa besar gigitan laki-laki berumur 18 tahun itu.

"Shh aduh aduh digigit vampir aku" Sean tertawa. Jake mendongak lalu menatap Sean sambil menggerutu.

"Gemes banget sih bayi gede, laper hm?" Sean menakup kedua pipi itu dengan gemas lalu menggesekkan hidungnya ke hidung Jake.

"Ihh apasih!"

"Nggak yang, gigit lagi nggak papa" Sean kembali memeluk Jake dan mengusap surai belakang.

"Maaf ya tadi ngilang, nggak ngabarin dulu" ucapnya penuh dengan kelembutan.

Mendengar kalimat yang lembut membuat Jake kembali menangis. "Jahat banget"

Sean memejamkan matanya dan langsung membenci dirinya sendiri. Berapa kali dodinya mengingkari janjinya untuk tidak membuat Jake menangis?

Ia melirik jam dinding yang sudah menunjuk pukul 2 malam.

"Udah jam 2 yang, besok nggak sekolah?"

"Cepet jelasin dulu! Nggak usah ngalihin topik" bentaknya disertai isakan.

Sean menghela nafas panjang mengatur segala persiapan agar tidak menyakitinya lagi.

"Duh aku bingung yang serius, mulai darimana dulu"

"KENAPA BOLOS!"

Sean sedikit terkejut namun tetap melanjutkan ucapannya. "Aku tadi jatuh terus seragamnya berantakan semua jadi aku nggak berani buat ke kelas" bohongnya.

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang