07. Disha Arletta

352 27 4
                                    

Malam itu Sean dimaki habis-habisan oleh pemilik cafe tempatnya bekerja. Karena dirinya lebih memilih menghabiskan waktu di danau ketimbang bekerja.

Berkali-kali Sean meminta maaf atas kesalahan, karena si pemilik cafe itu ingin Sean mengakhiri kontrak kerjanya. Namun apa yang bisa Sean lakukan jika dirinya tidak bekerja. Bahkan dirinya sudah tidak memiliki keluarga lagi untuk sekedar meminta uang jajan.

Hingga Sean hampir berlutut untuk meminta maaf dan si pemilik itu akhirnya mau memaafkan.

"Saya selalu percaya sama kemampuan mu, Sean. Bahkan pelanggan yang datang lebih memilih dilayani olehmu daripada yang lain. Kamu mau saya kehilangan pelanggan karena kepentinganmu?"

Sean berusaha untuk tidak menangis karena hal ini. Ia masih berlutut dan terus meminta maaf kepada orang yang dari tadi sudah melipat kedua tangannya dan terus mengutuk dirinya.

"Saya minta maaf, saya janji urusan apapun itu saya akan lebih mengutamakan kerja"

"Saya minta maaf"

Mengatakan hal seperti itu sangatlah berat, jika urusan itu adalah Jake, pacarnya. Jake adalah orang penting bagi hidupnya. Apapun yang Jake minta akan selalu ia turuti. Namun dengan kalimat barusan, akankah Sean selalu ada untuk Jake?

Jika urusan itu seperti sore tadi yang bahkan Sean ingin sekali menghentikan waktu untuk lebih lama berdiam di danau dengan pacarnya. Sangat kecewa jika diganggu oleh pekerjaan.

"Jangan karena kamu terkenal di cafe ini kamu bisa seenaknya, Sean"

Memang, Sean itu tampan dari segi manapun. Bahkan attitude selalu di nomor satukan. Sean dikenal dengan pelayanannya yang ramah dan cekatan. Sudah tampan, sopan, cekatan, siapa yang tidak tertarik?

Sering kali Sean digoda ketika pelanggan meminta daftar menu. Itu membuat rekan kerjanya benci karena menggangu jam kerja.

• LTM •

Jake berlari dengan tas yang ia rangkul sebelah pundak, menghampiri seseorang yang tengah berjalan sendirian. Mendadak tangannya merangkul pundak itu tanpa ijin dari pemiliknya.

"Morning, Sean—Eh salah, morning sayang"

Tanpa menoleh kearah orang itu, Sean tersipu malu. Pipinya memerah dan tidak bisa ia sembunyikan.

"Kayaknya ada demit yang nempel-nempel ya?" Goda Sean masih belum menoleh. Tau saja jika Jake akan cemberut dan memukul lengannya.

"Ihh males ah! Ngambek"

Sean terkekeh ketika Jake mendahului langkahnya. Dengan lembut tangannya meraih menghentikan langkahnya.

"Hey, kalo nggak di sekolah udah tak kecup loh bibir mu" goda Sean dengan entengnya.

Jake menoleh cepat menampilkan pipinya yang memerah. "Kalo berani sekarang, nih nganggur pipiku" Jake mengarahkan pipi kanannya berharap Sean tergoda.

"Oh gitu ya, awas aja kalo udah dirumah. Nanti ilang tuh pipinya" godanya. Jake hanya tersenyum malu menyenggol lengan Sean pelan.

"Eh nanti ke danau lagi ya, nanti bunda masak besar jadi aku bisa bawa buat ke danau, ya ya?" Tanya Jake dengan penuh harap.

Sean pun terkekeh, ternyata tempat sederhana yang ia pilih tidak seburuk yang ia kira. Sean mengernyitkan dahinya menatap Jake lalu membuangnya. "Aku usahain"

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang