44. Rooftop

182 24 0
                                    

Dibalik sifatnya yang sok kuat itu didepan orang lain, sebenarnya dirinya rapuh. Sean hampir saja menyerah jika harus terus hidup semandiri ini. Setiap harinya, pagi berangkat sekolah, sore pulang pun langsung ke cafe, malam yang harusnya untuk beristirahat digunakan untuk belajar, dan masih ada hal lain yang Sean lakukan. Tidak ada hari libur di kalendernya.

Sean bahkan sering melupakan masalah perutnya. Untuk memasak pun ia tidak sempat. Makan di cafe pun harus menunggu sepi dan bayar. Dengan sifat pelit kepada dirinya sendiri, lebih baik kelaparan daripada kehabisan uang.

Ditambah pacarnya yang selalu rewel, sedikit membuatnya pusing menanggung semuanya.

Hari ini terasa berat bagi Sean. Pusing kepala dan badan terasa ingin remuk. Sean butuh tidur, ia hanya tidur 2 jam karena ada urusan yang tak mau ia jelaskan.

"Sean?" Panggil Jake yang merasa ada yang berbeda darinya.

Sean menoleh dengan tatapan lemasnya.

"Sakit?" Jake langsung menempelkan punghung tangannya di kening Sean.

"Panas banget, ayo ke uks aja" khawatirnya.

Sean menggeleng lemah, menggenggam kedua tangan Jake yang sempat memegang kening itu. Jake bisa merasakan bahwa tangan itu panas, mungkin efek dari sakit.

"Jangan becanda, itu kamu panas banget"

Sean terkekeh, menatap wajah kepunyaannya itu.

"Temenin ke rooftop bentar ya?"

Jelas Jake emosi mendengarnya, melihat kondisi lemah itu malah minta yang aneh aneh. Jake menggeleng cepat menolaknya.

"GAK! UKS AJA!" bentaknya.

"Please"

Di rooftop,

"Sebenernya mau ngapain sih panas panas disini, anginnya kenceng apa gak sakit badannya?" Walaupun sambil marah marah Jake sangat perhatian merangkul Sean menuju ujung dekat tembok.

Berkali kali Sean meringis dalam diam merasakan badannya yang sangat sakit jika terlalu banyak pergerakan. Tidak mungkin juga dirinya menunjukkan sisi lemahnya didepan Jake.

Sesampai ditempat yang Sean maksud, segera Sean menyuruh Jake untuk duduk. Tubuh Sean langsung luruh begitu saja, tangannya melingkar sempurna dipinggang Jake.

Jake kaget dengan perlakuan mendadak Sean.

"M-maksudnya?" Gugup Jake.

Sean mengeratkan pelukannya, hingga Jake merasa sesak karena berat menahan tubuh Sean.

"Sean?" Panggil Jake berkali kali.

Yang dipanggil hanya berdehem, Sean menduselkan wajahnya diperut si kecil. Merasakan kehangatan yang membuatnya nyaman.

"Jangan pergi dulu, aku pengen kayak gini bentar aja" pinta Sean dengan suaranya yang mulai serak.

Jake harus memaklumi itu karena Sean sedang sakit. Tangannya terjulur menangkap puncak kepala Sean dan sedikit mengusapnya. Membuat Sean semakin mengeratkan pelukannya.

Geli dan berat.

"Sean aduh berat banget kamu" Jake tertawa karena merasa geli akibat pergerakan random dari perutnya.

"Sayang aku lagi ngisi energiku, jadi kayak gini dulu bentar ya"

"Aku capek, aku pengen peluk kamu seharian biar badanku sehat lagi"

"Iya iya terserah kamu mau ngapain, tapi kenapa di rooftop?" Tangannya Jake masih setia mengusap surai milik pacarnya.

"Rame, aku malu kalo diliat manja ke kamu"

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang