20. Lembaran Baru

333 29 9
                                    

Sejak malam itu Jake tidak membalas pesan dari Sean. Luka yang dibuat Sean cukup parah hingga pipi mulus itu berwarna biru keunguan sampai sekarang. Jake terus menghindarinya ketika disekolah. Bahkan sekarang ia pindah tempat duduk, di samping Haidar.

Tentu itu membuat Sean merasa bersalah dan terus memaki dirinya sendiri. Bekas tojokan itu sampai sekarang belum hilang. Berkali-kali Sean mencoba untuk berbicara dengan Jake, selalu ditolak bahkan diabaikan.

"Dari mama" Jake menyodorkan kotak bekal dan pergi begitu saja. Bahkan Sean belum sempat mengucapkan terima kasih padanya.

Senyum terukir dibibir Sean, bersyukur Jake masih mau berbicara walaupun hanya sepatah kata saja.

Sean hanya bisa menyendiri di rooftop sekolah untuk sedikit menghilangkan rasa rindunya pada sang pacar. Sean bersandar pada tembok sambil menatap kotak bekal pemberian bunda keduanya. Jake yang memberinya tentu saja ia senang. Tapi kenapa selera makannya menghilang.

Sean meletakkan kotak itu disamping dan kembali meratapi kesedihannya. Jujur, diabaikan berhari-hari membuat dirinya kehilangan kebiasaanya. Dari selera makan, kewajiban mandi, dan ramah kepada pelanggan, semua hilang dalam sekejap.

Sean sudah diberi peringatan oleh mas Daniel untuk tetap profesional dalam menghadapi masalah pribadi dengan masalah pekerjaan. Namun bagi Sean itu sangat sulit. Terlebih, Sean apa-apa bilang, apa-apa ijin sama Jake.

Ponsel yang dulu membuat Sean bersemangat memegangnya, kini selalu tersimpan dicelanya atau bahkan ditinggal didalam tas.

Aku mau bilang makasih buat bekalnya |
Tapi kamu udah pergi duluan |
Bilangin ke mama ya |
Maaf jadi ngrepotin |
(Read)

Nanti malem aku balikin kotaknya |
Kamu dirumah kan? |

• LTM •

Satu minggu kemudian ...

Yang masih marah? |
Ayo baikan aku nggak bisa |
lama" kyk gini terus
Ayo bilanh aku kdu apa biar kamu |
Mau bales chat ku
Yang plis :( |

• LTM •

Hingga menginjak satu bulan dan Jake sama sekali tidak merespon chat dari Sean.

Sean sangat frustasi, dirinya kehilangan arah, kehilangan rumah, sekaligus kehilangan dirinya sendiri.

"Sean jangan campuri urusan kerja sama masalah pribadi kamu"

"Tetap ramah senyum"

"Jangan bikin pelanggan kecewa hanya karena kamu lagi ada masalah"

"Kamu itu harapan cafe ini"

Disaat Sean kehilangan dirinya sendiri pun harus tetap ramah dengan pelanggan. Sean lelah jika terus-terusan seperti ini. Hidup tanpa pengendali arah.

Jika Jake kembali dengan sifat yang berbeda pun Sean menerimanya. Tapi kapan saat itu tiba?

Sean harus diam-diam memantau dan membuntuti kemana Jake selalu pergi. Itu membuat dirinya selalu terlambat untuk datang ke cafe. Dirinya harus mengesampingkan rasa sakit ketika Jake pergi dengan Haidar.

Hingga saat Jake pergi ke toko sepatu, Sean memberanikan diri untuk menemuinya. Kebetulan Jake menunggu diluar, Sean langsung mengendap-endap dari belakang dengan penuh harapan Jake mau memaafkan.

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang