39. Apartemen Haidar

263 23 1
                                    

Di Apartemen Haidar.

Hanya ada 4 orang, Haidar, Nathan, Jake, dan Sean.

"Jeriko kalo udah ada si kupret lupa temen anjir" Ucap Haidar meletakkan beberapa lembar undangan.

"Adek lo kemana emangnya?" Pertanyaan itu tertuju ke Jake.

Nathan tersenyum miring dengan tangannya mengambil selembar untuk dibaca.
"Paling ntar nyusul"

"Les jadi gak ikut, udah gak usah dipikirin ngrepotin anaknya"

"Duh mulai darimana ya?" Haidar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sementara yang lain hanya diam memperhatikan.

"Jangan dibawa tegang santai santai, minum dulu atau ngemil" Haidar memecah keheningan.

Lima belas menit berlalu setelah Haidar menjelaskan ide ide yang muncul dikepalanya dan beradu dengan si mulut licin Jake. Hanya ada tepukan tangan dari si Nathan yang hanya menjadi pendengar.

"Jadi kesimpulannya apa?" Ucap Nathan malas.

"Kita kesana tanggal dua–"

"Tapi ultahnya tanggal delapan beg–"

"Kalo gitu kita gak bisa nginep lama"

"Kalo gitu tiup lilinnya disini, pikniknya dua minggunya lagi"

"Gak seru! Kita tiup lilinnya sekalian tanggal dua–"

"Ultahnya tanggal del—"

"Bacot! Liat yang ultah aja diem kenapa kalian yang ribut mulu, heran gue" potong Nathan.

Benar yang diucapkan Nathan. Sean hanya plonga plongo mendengarkan ocehan dari dua manusia itu.

Haidar beralih menatap Sean, "kak lo gak seneng kita ngrayain ultahnya kakak?"

Jelas Sean takut dengan nada bicara Haidar yang seperti itu, bahkan kedua matanya terkunci.

"I-itu—"

"Gak seneng ya? Sorry" ucap Haidar memelan.

"H-hah? Seneng kok seneng"

"Iya kayak gak seneng aja padahal kan kita ada niatan bikin acara yang meriah gitu itung itung juga piknik" tambah Jake membuat Sean merasa bersalah.

Posisi tidak tahu apa yang sedang dibahas, Sean langsung menatap Nathan.

"Hm?" Ucapnya cuek.

"Sean suka gak?"

"Kak mau kan kita nginep?"

"Ck, dia bukan gak seneng tapi kalian aja yang bikin dia mumet. Udah deh kita dengerin aja dulu kan dia yang ultah kenapa kalian yang cerewet" ucapan Nathan ada benarnya.

Jake dan Haidar langsung terdiam dan menunggu jawaban dari Sean. Sean menatap ketiganya dengan canggung. Apa yang harus dia lakukan?

"Kenapa?" Tanyanya dengan polos.

"Ultahnya gimana?" Haidar menjawab.

Sean menelan ludah sebelum menjawab, "suka kok sama rencananya, tapi—"

"Tapi apa?!"

"Apa?"

"Diem dulu bangsat dengerin ngapa!"

"Tapi apa gak kemahalan kita sampe nyewa itu"

Haidar terkekeh, tangannya mengusap punggung saudara tirinya itu, "udah tenang aja, kakak gak perlu mikir apapun yang penting kita disana bisa seneng seneng terutama kan ini acara punya kakak jadi kakak juga harus ikutan seneng"

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang