04. Lagi?

605 38 8
                                    

Sean si kutu buku yang menghabiskan waktunya hanya untuk membaca buku kini tengah memakan bekal makanannya. Bekal itu Sean yang membuatnya sendiri.

Sean memilih bangku pojok dan paling depan agar bisa fokus ketika mendengarkan materi dari guru pengajar.

Suara berisik dan ramainya suasana dikelas membuat Sean sedikit pusing. Dirinya tidak menyukai tempat ramai apalagi suara sesama usianya yang nyaring ditelinganya. Semua orang sibuk bermain dibelakang kelas dengan keasikannya masing-masing.

Sean itu penyendiri jika tidak ada Jake.

Baru saja Sean menutup kotak bekalnya, seseorang memanggil namanya dengan lantang. Suara itu berasal dari luar kelas dan Sean tahu siapa orang itu.

"Kak Sean!"

"Kak Haidar liat kak Sean nggak?"

"Kak Jeriko kok nggak sama kak Haidar?"

"Heh bocah tengil lo ngapain kesini?!"

Suara ramai itu Sean bisa merasakan kedatangan pacarnya dengan si pentolan sekolah. Baru saja Sean bangkit, Haidar dengan lancangnya menggebrak meja milik Sean. Membuat kotak makan itu ikut terangkat keatas.

Sean menelan ludah sembari menatap Haidar bingung.

"Dicariin noh sama adek kesayangan lo" ketusnya meninggalkan tatapan tajam kepada Sean.

"Iya, tau" Sean melewati Haidar begitu saja karena tak mau berurusan lama dengannya.
Sikap itu membuat Haidar benci, kakinya ia naikkan untuk menjegal Sean. Dan....

Bruk

"Kak Sean!"

"Hah, Sean!"

"Tau rasa lo" gumam Haidar sebelum akhirnya pergi untuk berkumpul dengan yang lainnya.

Buru buru Sean bangkit lalu memperlihatkan deretan giginya sebagai tanda bahwa dirinya tidak apa-apa.

"Aku nggak apa-apa kok, hehe"

Dari segi penampilannya memang dia baik-baik saja. Namun untuk mentalnya tidak.
Sean sering mengalami bullying oleh teman-temannya karena dirinya sedikit berbeda.

Sebisa mungkin Sean menyembunyikan nasibnya itu kepada adik kelasnya, Sabian. Hanya karena dirinya tidak ingin dipandang rendah sebagai seorang kakak kelas.

"Jake" Sean menyapa Jake lebih awal sebelum akhirnya tersenyum ke arah Sabian dan Jinan.

Jake mengangguk, mendadak tangannya merangkul ke pundak Sean yang membuat Sabian sedikit cemberut.

"Lo ngapain cil disini?" Ucap Jake kepada Sabian, adiknya.

"Serah gue lah, gue pengen ketemu kak Sean" Sabian menatap tajam. Tangannya tiba-tiba meraih tangan Sean yang kosong itu.

"Dih, Sean sibuk sorry ya" ketus Jake.

"Loh kak gelang yang Bian kasih mana?"
Sabian mengernyitkan dahinya karena tangan itu tidak memakai apa-apa, padahal kemarin dirinya sudah memberikan gelang dan Sean juga sudah memberikan bukti bahwa dia sudah memakainya.

Sean menelan ludah berat, bola matanya melirik ke arah Jake yang sudah siap menginterogasinya dan disatu sisi Sabian juga sama.

Aduh mati deh gue.

"Itu-"

"Gelang apa sih? Jangan ganggu Sean deh lo cil sana balik kelas. Ini bukan tempat lo" Jake merangkul Sean lalu membawanya masuk ke kelas dan meninggalkan Sabian dan Jinan diluar.

Sabian berteriak kesal. "Bang Jake selalu aja ganggu urusan orang!"

"Ayo Nan, balik kelas"

"Duluan aja, gue belum ketemu kak Jeriko"

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang