19. Sebuah Tamparan

397 26 26
                                    

Kini Jake sudah berada di apartemen milik Haidar. Haidar tersenyum sambil memasukkan sandi pintu, saat terbuka ia mempersilahkan Jake dahulu untuk masuk. Jake tidak asing dengan tempat ini jadi tidak heran jika dirinya langsung berlari menuju kasur empuk milik Haidar.

"Papa mu kok nggak ada?" Tanya Jake setelah sadar beberapa menit di sana.

Sunyi, hanya ada bekas sisa makanan dan alkohol di sofa.

"Ya emang udah pulang kemarin" jawabnya enteng.

"Terus kalo nggak ada papa mu ngapain aku kesini?" Haidar justru terkekeh.

Haidar merebahkan tubuhnya disamping Jake. Ia memejam cukup lama hingga dirinya lupa tujuan membawa Jake kesana untuk apa.

"Haidar" tanya Jake menggoyang-goyangkan tubuhnya. Haidar membuka salah satu matanya, "hm?"

"Kamu minum banyak itu apa nggak diomelin papa?" Jake bertanya dengan polos.

Disana banyak sekali botol wine dan juga bungkus rokok yang berserakan. Haidar menatap ke arah sofa dimana semua botol itu berserakan, sudut bibirnya tertarik.

"Diomelin sih"

"Terus kenapa masih diterusin?"

"Nggak papa enak aja kena omel"

Jake menghela nafas lalu perlahan mendekatkan diri pada Haidar lalu memeluknya dari samping. Haidar sedikit terkejut karena Jake melakukannya secara tiba-tiba.

Jake mendusel di ketiak Haidar yang wangi membuat Jake betah disana.

"Kenapa tiba-tiba?" Tanya Haidar setelah membalas pelukannya.

"Kangen"

Haidar tersenyum, ia membelai surai Jake dengan lembut, sesekali ia mengecup puncak kepalanya seperti seorang kekasih.

Bisa Jake rasakan tubuh Haidar berbeda dengan Sean. Jake nyaman dipelukannya Haidar karena tubuhnya pas dan tidak terlalu kurus. Berbeda dengan Sean yang semakin hari semakin kurus membuat Jake kurang nyaman untuk dipeluk.

"Minum yuk mau nggak?" Ucap Haidar tiba-tiba.

Jake mendongak polos, "ayo minum, aku ada wine banyak" Haidar bangkit dan membiarkan Jake bangkit sendirinya.

"Nanti papa ku ngomel lagi. Nggak ah" tolak Jake membuat Haidar manyun.

"Ayo nggak papa nanti aku beresin. Itu papa marah juga karena berantakan kamarnya" Haidar menarik-narik tangan Jake berharap mau diajak untuk mabuk.

Setelah beberapa menit membujuk dengan segala hal akhirnya Jake mau.

"Yaudah ayo, tapi nanti anterin pulang ya?" Jake melirik tajam.

"Siap bos!" Haidar tertawa dan langsung berlari mengambil beberapa botol wine.
















Sekitar 5 botol sudah Haidar habiskan, dan Jake hanya satu botol namun sudah lemes. Jake duduk di lantai karena suhu badannya memanas. Berbeda dengan Haidar yang justru malah bernyanyi dengan mic mati.

Mereka tertawa random dan bermain layaknya anak kecil. Mereka kehilangan kesadarannya hingga jam perlahan menunjuk angka 11 malam.

Haidar menguap, mengucek kedua matanya.

"Gue mau tau dong hubungan lo sama Sean sejauh mana?" Ucap Haidar terbata.

Jake menoleh dengan mata yang sudah sayu. "Aku sama Sean? Kita pacaran kok" jawabnya tak terkendali.

Disaat seperti ini sangat mudah untuk mengukik informasi dari Jake. Karena Jake orang yang mudah mabuk walaupun cuma minum sedikit.

Haidar kaget mendengar pernyataan dari mulut Jake itu. Tidak mungkin Jake berbohong disaat dirinya tak sadar.

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang