10. Tanpa Kabar

330 29 4
                                    

"akhh" desah Sean ketika punggungnya bertabrakan dengan tembok toilet.

Jeriko mendorong tubuh lemah itu sementara
Nathan menahan kedua tangan Sean ke arah samping. Ia mengunci setiap gerakan kecil hingga si korban tidak bisa memberontak.

Sean berusaha memberontak sekuat tenaganya dan sisa tenaganya. Rasa pusing sisa kemarin masih terus menghantui kepalanya.

"Nath sakit" lirihnya. Nathan mencekram kuat kedua pergelangan tangan itu hingga sang korban meringis kesakitan.

"Dari dulu gue suka wajah ketakutan lo" Haidar yang baru saja datang mempersempit ruangan.

Sesak. Udara yang awalnya dingin menjadi hangat dan dada terasa sakit. Kali ini Haidar menjambak puncak kepala Sean hinggam nedongak paksa menatap wajahnya. Jeriko mundur dengan smirk dibibirnya.

"Jer ambil air!" Perintah Haidar sedikit membentak.

Sean membulatkan matanya ketika mendengar itu. Jangan sampai pikiran buruk ya itu benar. Dirinya belum sembuh.

Sean berteriak meminta tolong ketika satu ember itu berhasil menumpahi tubuh lemahnya hingga seragam yang semula menutupi tubuhnya sekarang menjadi bekas samar dalam tubuh.

Sean menggigil hebat, namun kedua tangannya masih terkunci oleh Nathan.

"Dingin"

"Lo suka kan? Bisa deket sama gue lagi?" Ujar Haidar dengan angkuh. Kali ini kedua pipi itu ia cekram kuat hingga kuku jarinya menembus pipi tirus Sean.

"Sobek aja seragamnya!" Perintah kedua dari Haidar dan langsung di turuti oleh Jeriko.

Kali ini Sean menangis tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana dirinya bisa membeli seragam baru? Bahkan untuk makan sehari-hari saja tidak cukup dengan uang hasil kerja.

Ia menangis sedangakn ketiga laki-laki itu justru tertawa puas sampai menyelesaikan tugasnya.

Seragam itu sudah berantakan, bahkan untuk menutupi tubuh lemahnya saja tidak bisa. Yang tersisa hanya celana yang kini basah dan memberat.

"Sebenernya gue belum puas, kita ketemu lagi besok!" Ajak Haidar receh.

"Gemes banget ututu" Haidar memainkan kedua pipi yang sudah dibasahi dengan air matanya. Ia mencubit dan menampar-nampar sedangkan si korban hanya bisa menangis sambil menunduk.

Haidar dan anteknya pergi setelahnya. Jam istirahat sudah selesai. Dan Sean masih menangis didalam kamar mandi.

"Dingin" kedua tangan itu memeluk kedua lututnya untuk menyalurkan sedikit rasa hangat untuk tubuhnya.

"Pengen peluk Jake" ucapnya sambil mengingat-ingat momen hangat kemarin.

Sean menyandarkan kepalanya pada tembok menunggu jam pulang walaupun sisa tiga jam lagi. Tapi rasa dingin yang menyapu tubihnya tidak mampu ia tahan selama itu.

Ia merogoh celananya mengambil ponsel yang ikut basah. Semoga masih berfungsi. Dan nyala!

Sean mencari nomor orang terdekat yang bisa ia hubungi sekarang.

Hallo dek

Iya kak Sean kenapa telpon?

Bian ada jadwal olahraga ya?

Iya kak baru aja selesai

Emm kakak boleh pinjem
Seragamnya nggak?

Duh kak bau keringet Bian lah
Bian abis lari-lari pokoknya udah
Basah keringet Bian

Nggak papa dek ya kakak pinjem?

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang