08. Sean Dimana

396 24 3
                                    

Entah kenapa sejak malam kemarin Jake sama sekali tidak mau berbicara dengan Sean. Bahkan menyapa pun tidak. Jake pun pindah ke bangku sebelah Haidar.

Sean sendiri tidak tahu alasannya. Biasanya Jake selalu bilang jika ingin pindah namun hari ini untuk menatap matanya saja enggan.

"Ada yang salah?" Tanya Sean, langkahnya sedikit mundur untuk memberi Jake jalan. Laki-laki itu benar-benar mengabaikannya.

Sean berlari kecil menyamakan jalannya, "hey aku salah apa?". Sean menghela nafas lelah ketika Jake terus mengabaikan dan memilih menghampiri Haidar.

Ke kantin bareng Haidar ternyata.

Jika sudah berurusan dengan Haidar, Sean lebih memilih diam. Ia membuka buku bacaannya dan menyamankan posisinya di pojok kelas seperti biasanya.

Hari ini ada ulangan, |
jangan lupa belajar
(Read)

Sean menghela nafas lelah, ia buka kembali buku pelajarannya dan mencermati setiap kalimat dan materi didalamnya.

• LTM •

| Haruto ijin lagi, kamu bisa kan?
| Sama nanti ada acara buat seluruh karyawan diundang makan"

Malam nanti mas?|

| Iya, cafe tutup aja jam 9

Baik mas tapi ijin dateng|
telat boleh gak? Ada urusan mendadak soalnya

| Ya, mas nitip pesenan
tinggal ambil aja nanti mas sharelock

Iya mas makasih|

Tidak ada hari libur untuk sekedar merebahkan diri dan berdiam diri dikasur. Inget, Sean harus kerja untuk hidupnya sendiri. 

Selesai mandi, Sean bersiap-siap didepan cermin untuk merias diri. ia tata rapi sedemikian rupa rambutnya agar terlihat lebih tampan.

Niatnya sebelum ke cafe, Sean akan mampir ke rumah Jake untuk membicarakan pertengkarannya. Ah salah, kediaman-nya.
Sean mampir ke salah satu penjual souffle pancakes karena selain yang dekat juga murah?

Tok .. tok .. tok

Sean menarik panjang nafasnya menyiapkan diri. Semoga hari ini Jake tidak sensitif.
Pintu terbuka dan menampakkan Jake dengan mata sembabnya.

Sean panik lalu sedikit membawa tubuhnya untuk masuk ke dalam rumahnya. Jake ia tuntun menuju sofa dan didudukkannya dengan perlahan.

"Hey kenapa nangis?" Tanya Sean khawatir. Jake diam tak ada rasa ingin merespon.

"Sayang jawab dulu, kamu kenapa nangis? Siapa yang nyakitin?" Sean mengundang pelan tubuh itu agar mau mengatakan sepatah kata. Namun atensinya teralih dikantong plastik berwarna putih bening itu.

"Aku bawain souffle pancakes maaf cuma itu, besok kalo udah gajian kamu boleh minta apa aja. Sekarang jawab dulu kenapa nangis? Itu mata kamu sampe gede gitu" Sean menaruh kantong plastik itu di atas meja.

Tak ada tanda-tanda menjawab, ia menarik tubuh kecil itu dan memeluknya dengan erat. Salah satu tangannya bergerak mengusap punggung dan sesekali surai berwarna hitam pekat.

"Gue benci lo" suara serak itu dengan mulus menyayat hati milik Sean.

Gue? Lo? Bukan aku kamu?

Listen To Me || SUNGJAKE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang