Bab 2. Mansion Alexandra

4.2K 261 0
                                    

"Kamu yakin sudah bisa pulang?"

"Ya, Kek. Lyora udah baik-baik aja. Lyora bisa mati kebosanan jika berada di rumah sakit terus."

Delio menghela napas, dia paling tidak bisa menentang keinginan cucu Perempuannya itu. "Baiklah, tapi kamu hanya boleh bersekolah setelah istirahat di mansion selama sebulan!"

"Satu minggu, titik!"

"Lyora!"

Lyora menoleh, dia menatap Delio dengan eskpresi memelas. "Lyora mohon, plis," mohonnya dengan puppy eye andalannya.

Delio kembali menghela napas. "Dua minggu."

Lyora tersenyum senang, dia menganggukkan kepalanya. "Deal!"

🌺🌺

"Masih tau pulang lo??"

Lyora menatap bingung. 'Maksudnya apa deh? Lagian dia siapa sih??'

"Lo jangan diam aja ya bang-" Pria yang hendak mengumpat ke arah Lyora seketika menggantung kalimatnya saat melihat tatapan dingin dari belakang, dia menelan ludahnya kasar. Sial! Kakeknya malah datang bersama Lyora!

"Apa yang kau katakan tadi, Angkasa??" Tanya Delio dengan eskpresi dinginnya.

Lyora menatap Delio sesaat sebelum kembali menatap pria di hadapannya. 'Angkasa? Nama Antagonis Cinta Untuk Tamara kan? Kenapa bisa serumah dengan Lyora?'

"Ha, apa Anda belum sadar?"

'Sistem 010?'

"Angkasa Zahir Alexandra."

'Angkasa Zahir, eh tunggu! Alexandra?!' Lyora menatap kaget Angkasa. 'Jadi Antagonis Angkasa Zahir itu Kakak Lyora?!'

"Tepat sekali!"

Lyora meringis dalam hati. 'Kebetulan macam apa ini? Malaikat maut ku serumah denganku.'

"Ka-kakek salah dengar!" elak Angkasa, meski jelas-jelas. Delio pasti mendengar semua ucapannya.

"Angkasa! Apa kau pikir Kakek-"

"Kenapa Kakek marah?" sela Lyora menatap bingung Delio. "Padahal kakak hanya menyapaku," katanya dengan ekspresi polos.

Sementara Angkasa, pria itu melongo mendengar ucapan Lyora. 'Kenapa dia menutupinya?'

"Sapaan macam apa itu?"

"Kakek tidak percaya Lyora?" tanya Lyora dengan mata berkaca-kaca, air matanya seolah-olah akan tumpah.

"Tidak, tidak. Kakek percaya padamu!" kata Delio panik, dia berdehem. "Jangan ganggu Cucuku atau kamu akan menyesal, ayo. Lyora." Delio berjalan lebih dulu diikuti Lyora dari belakang.

Sekilas, Lyora menoleh ke arah Angkasa yang ternyata juga menatapnya. Gadis itu meletakkan jari telunjuknya di atas bibir dengan sebelah mata berkedip. "Ini rahasia ya, Kakak," gumamnya tanpa suara.

Namun, gerakan bibirnya masih dapat dibaca oleh Angkasa.

Bukannya merasa lega, pria itu justru mengepalkan tangannya.

'Apa lagi yang lo rencana-in, Gabriella!'

🌺🌺

'Sistem 010, apa ada misi untukku?' batin Lyora sambil berbaring terlentang di kasur king size miliknya.

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang