53. Tidak Menyerah!

197 6 0
                                    

"Tumben sekali, kenapa mengajakku kemari?"

Tina menatap dengan penuh minat. "Aku mengajakmu kemari untuk melihat kunang-kunang, di gua ini. Saat menjelang malam akan ada banyak kunang-kunang yang berkumpul dan kamu akan melihat keindahan."

"Benarkah?? Aku tidak sabar menunggunya!"

Tina tersenyum manis, dia menatap mulut gua yang tampak gelap dan suram. "Masuklah."

"Loh, kamu tidak masuk?"

"Aku harus memetik buah-buahan terlebih dahulu untuk Ibu, aku akan menemuimu segera setelah aku menyelesaikan pekerjaanku."

"Baiklah, segera kembali ... ya." Lyora melambai ke arah Tina yang sudah semakin menjauh, eskpresi ramah di wajahnya seketika berubah datar. Dia memicingkan matanya. 'Tatapan dan senyuman itu ...' Lyora tersenyum miris. 'Jadi, kau pun membenciku ya. Sama seperti Kak Altezza dan Kak Angkasa.' Dia berjongkok dan membenamkan wajahnya di antara lutut. "Kak Rasya, aku lelah ..." gumamnya lirih. "Aku tidak sanggup lagi, kehidupan ini memang seharusnya tidak menjadi milikku."

🌺🌺

"Apa kamu sudah menyingkirkannya?"

"Iya, Ibu. Aku sudah mengirimnya ke gua di dekat hutan, meski hanya dua langkah memasuki gua. Maka Gabriella tidak akan ada kesempatan lagi untuk keluar," balas Tina dengan eskpresi lesu.

Ibu mengusap kepala Tina dengan senyum simpul. "Jangan merasa bersalah, Tina. Kita melakukannya demi kebaikannya sendiri, lebih baik dia cepat mati agar tidak menderita seperti yang lain."

"... Ya, Ibu."

🌺🌺

"Ah, halo. Kamu ..."

"Namanya Nalendra, Mar," jelas Lingga sambil menunjuk Nalendra yang selalu memasang wajah juteknya.

"Oh, hay. Aku Gracelya Tamara, salam kenal ... Nalendra," kata Tamara diakhiri senyuman manis.

"Aw~ ga usah senyum-senyum, Mar. Jantung gue ga sanggup ngeliat senyuman manis lo." Lingga memegang dadanya dengan eskpresi mendramatis yang lebay.

Tamara hanya tertawa kecil, dia diam-diam melirik Nalendra yang tampak sibuk berbicara dengan pria tampan di sampingnya. "Omong-omong, dia siapa?" tanyanya menunjuk pria yang diajak Nalendra berbicara.

"Oh, kalau yang ini Xion. Sementara yang satu itu tuh, Bastian. Dia cowoknya aneh."

"Ah, Bastian? Aku pernah bertemu dengannya di restoran."

Lingga sontak menatap Bastian yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya. "Bastian, oy!"

Panggilan dari Lingga hanya dibalas deheman oleh pria itu.

"Lo pernah ke resto?"

Lagi-lagi, Bastian hanya berdehem.

"Sama siapa?"

"Al-"

"Sama Lyora." Tamara tiba-tiba saja menyela, dia tersenyum manis. "Aku pernah ketemu sama Lyora sekali di supermarket."

Nalendra dan Xion sontak menatap Bastian dengan ekspresi meminta penjelasan.

"Yang dia maksud Alyssa."

"Loh, bukannya dia Lyora ya?" Tamara tiba-tiba menyahut, dia tersenyum. "Kalian pacaran?"

"Lo bisa diem ga sih??" Bastian menatap jengkel, dia kembali fokus ke handphonenya. "Ganggu aja jadi orang," gerutunya kesal.

Tamara mengalihkan pandangannya ke arah Nalendra. "Kak Nalendra, Bastian pacaran sama Lyo-"

Sebuah handphone langsung menghantam lantai hingga pecah berantakan, seisi base camp langsung terdiam.

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang