[POV Lyora]
Aku mempercepat langkahku, namun orang-orang sinting ini terus saja mengikutiku. Sialan! Ingin sekali kutendang selangkangan mereka agar mereka jera!
Huufh, kuatur napasku. Kakiku terus melangkah hingga memasuki kelas, akhirnya. Para pria sinting itu tidak lagi mengikutiku seperti anak ayam.
Aku duduk di kursiku, kulirik kursi di sebelah yang masih kosong. Tumben, meskipun kelas 10 berisi anak-anak berandalan, namun tidak ada yang pernah terlambat datang.
Meski sering membolos sih, tapi sekarang. Aku bahkan tidak melihat tasnya sama sekali, aku menoleh dan menatap kursi tempat Nalea duduk. Tidak ada tasnya juga, apa yang terjadi? Apa Arlen memberi hukuman pada Nalea? Atau Lily menghukum Arlen?
Kutopang daguku, pikiranku benar-benar sangat rumit hingga membuatku pusing sendiri.
Kualihkan tatapanku keluar jendela, mengacuhkan tatapan seluruh kelas yang mengarah kediriku. Sebisa mungkin tidak kutunjukkan celah sedikitpun meski merasa risih ditatap secara terang-terangan oleh seisi kelas.
Tuk, tuk
Tatapanku beralih ke podium, bukan Bu Ani yang datang. Melainkan beberapa orang yang kini menyandang gelar OSIS alias babu sekolah.
Beberapa siswa-siswi tampak menatap malas para OSIS yang berdiri di depan podium.
"Razia dadakan," kata seorang OSIS pria dengan malas, dia pasti sudah tau kalau kelas ini akan jadi kelas yang paling melanggar aturan sekolah.
"Yang namanya dipanggil tolong maju ke depan sambil membawa tas."
Kutatap OSIS wanita yang masih bisa tersenyum, meskipun senyumannya jelas-jelas terlihat sangat meremehkan. Buat jengkel saja!
Tiga OSIS berjalan memeriksa meja para siswa-siswi.
"Hay," sapa Gadis manis yang kini berdiri di samping mejaku.
Aku hanya menganggukkan kepala tanpa menjawab sapaannya.
Gadis itu tersenyum canggung, dia memeriksa mejaku. Gadis itu tampak tertegun.
'Apa yang salah?' pikirku.
Gadis itu menatap ke anggota OSIS yang lain dengan eskpresi kaget yang membuatku semakin kebingungan. "Bersih."
"Huh?"
Seketika semua pandangan menatap ke arahku, dasar! Kucongkel semua mata kalian ya!
Tatapanku tanpa sengaja bertubrukan dengan tatapan seorang OSIS pria. Mungkin saja ketua OSIS? Entahlah, aku tidak tau dan tidak ingin tau.
"Lyora Gabriella Dirgantara?"
Aku seketika mematung, tunggu! Kenapa namaku yang dipanggil duluan?? Bukankah seharusnya namanya sesuai absen!
"Lyora Gabriella??"
Dengan ogah-ogahan, aku berdiri dari dudukku. Berjalan ke arah anggota OSIS sambil menenteng tasku, kuberikan tasku pada salah satu Anggota OSIS dan dengan cepat digeledah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NalendLyora [Transmigrasi]
Teen FictionRasya Olivia Abraham, gadis yang terpaksa meregang nyawa karena terpeleset. Di kehidupan pertama, Rasya harus jauh-jauh dari rumah agar tidak bertemu kakak yang menyayanginya dalam arti kata lain. Di dunia kedua, bukannya menjalani kehidupan yang te...