Bab 20. Bully

1.6K 99 1
                                    

"Ssth," ringis Lyora saat tubuhnya menabrak ujung wastafel, dia menatap tajam keempat gadis di hadapannya. "Mau lo apa sih?!"

"Lo masih tanya?! Lo udah berani deket-deket sama Arlen dan lo masih nanya mau gue apa?!" teriak gadis yang tak lain adalah Nalea.

"Bukan gue yang deketin dia!"

"Lo ga usah ngelak, b*tch!" Natasha ikut menimpali, dia menatap Nalea. "J*lang ini tuh bukan cuma ngedeketin Arlen tapi juga para pangeran SHS."

"Cih, lo itu benar-benar j*lang ya." Nalea menarik rambut Lyora kasar. "Tampang lo doang yang polos, tapi dalamnya. Ciuh!" Dia meludahi rambut Lyora.

'Sabar, Lyora. Sabar, jangan sampai lo bunuh mereka semua,' batin Lyora menatap tajam mereka.

'Heh, rasain b*tch! Ini akibat karena lo udah berani permaluin gue!'

"Natasha, hari ulang tahun lo kapan?"

"Eh? 3 November."

Nalea menatap Lyora dengan seringai. "Sekarang tanggal berapa?"

"7 Oktober, kenapa?"

"Biarin gue rayain hari ulang tahun lo sekarang."

"Ah ..." Natasha seolah mengerti maksud Nalea, dia melirik Clarissa dan Safira. "Karena Kak Nalea berbaik hati mau rayain ulang tahun gue, kalian siapin bahan-bahannya supaya Kak Nalea bisa buatin gue kue yang enak~"

Clarissa dan Safira tersenyum. "Pasti, kita bakal ambil secepat mungkin." Keduanya berjalan keluar dari toilet.

Setelah kepergian keduanya, Nalea menampar pipi Lyora hingga meninggalkan bekas jiplakan lima jari yang memerah. Dia mendorong Lyora hingga terjatuh dan menendang perut gadis itu. "Ini akibat karena lo berani deketin Arlen!" katanya sembari terus menendangi perut Lyora tanpa perduli jika organ dalam gadis itu akan rusak.

"Nona, apa perlu bantuan saya?"

'Enggak, lo ga perlu ngelakuin apapun. Sistem.' Lyora memuntahkan banyak darah. 'Tunggu dan liat mereka semua bakal nyesel ngelakuin hal ini.'

"Baik, saya akan mengikuti keinginan Nona. Saya tidak sabar melihat mereka semua mencium kaki Nona."

'Heh, kita lihat aja nanti. Sebelum itu, gue perlu bantuan lo. Sistem.'

"Katakan saja, Nona. Saya siap membantu Nona kapanpun."

'Good, telpon Nalendra pakai nomor handphone gue.'

"Baik, perintah sedang diproses ... tersambung."

"Maaf, maafin aku. Kak Nalea, Kak Natasha. Tapi, tapi bukan aku yang deketin Kak Arlen," kata Lyora mulai terisak.

"Saya akan ikut prihatin jika tidak mengetahui rencana Anda."

'Ssth, diam saja.' Lyora menatap keduanya dengan eskpresi kasihan. "Lyora mohon, tolong. Tolong jangan lakuin ini ke Lyora."

"Diam b*tch!"

"Lo pikir alasan lo itu berguna?!" Nalea menarik rambut Lyora dengan kasar. "Lo seharusnya ga dilahirin aja, a*jing! Lo berani-beraninya permaluin gue di depan kelas! Gue ga bakal lepasin lo sampai gue puas ngebully lo!"

"Lyora, Lyora mohon Kak. Tolong, ugh!" Lyora kembali memuntahkan banyak darah.

"Pesanan datang," kata Clarissa dan Safira yang membuka pintu dan berjalan masuk, mereka kembali menutup pintu toilet dan menguncinya.

Keduanya berjalan ke arah Nalea yang melepaskan Lyora dan memberikan dua kantong kresek hitam.

"Silahkan, kak. Gue udah beli keperluan untuk ngebuat kue ulang tahun," kata Safira dengan senyum cerah.

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang