"Hay Guys."
"Gabriella, lo darimana aja beberapa hari ini?? Kok ga masuk sekolah?"
Lyora tersenyum manis. "Aku ngunjungin rumah Mommy dan Daddy, seneng banget ketemu mereka lagi setelah lama!" katanya penuh semangat. "Omong-omong, Bang Altezza sama Bang Angkasa mana? Kok ga ada bareng kalian?"
"Eh, itu …" Mereka semua saling lirik.
Tiba-tiba saja, Lyora merasakan kepalanya ditepuk. Dia menoleh dan menatap bingung Xion yang berdiri di sampingnya.
"Ada di markas, lo mau ikut kesana?"
Lyora menganggukkan kepalanya. "Mau! Lyora mau ketemu Abang-abang!"
Xion tersenyum tipis. "Okay, pulang nanti lo tunggu kita di parkiran. Nanti kita anter ke markas."
"Tapi Lyora harus ganti pakaian-"
"Gantinya di markas aja." Setelah mengatakan itu, Xion dan yang lainnya berlalu pergi.
Meninggalkan Lyora yang kebingungan. 'Huh? Ganti di markas aja? Ah, sudahlah! Masa bodoh, yang penting aku harus bisa menyelesaikan misinya secepat mungkin agar dapat pistol emas itu!'
🌺🌺
"Bang Altezza! Bang Angkasa!" Lyora berlari dan menerjang kedua kakaknya hingga hampir jatuh, dia memeluk keduanya dengan erat. "Lyora rindu."
"E-ella …"
"Lo ngapain di sini??"
Lyora melepas pelukannya, dia menatap keduanya. "Lyora …" Lyora seketika menggantung kalimatnya saat melihat kedua abangnya yang jauh dari kata baik, ada lebam di ujung bibir Angkasa. Lebam di wajah Altezza, dan bekas irisan panjang di pipi keduanya yang hampir saja mengenai mata. "Ka-kalian kenapa …??"
Angkasa hanya buang muka, sementara Altezza menggaruk pipinya yang tak gatal.
"A-apa ini gara-gara Lyora?" tanya Lyora dengan nada bergetar.
Angkasa seketika menatapnya.
"G-gara-gara Lyora … Kakek jadi marah sama kalian." Lyora menunduk dengan tubuh yang sedikit bergetar, dia mengusap air matanya. "Maaf, gara-gara Lyora. Kalian, kalian jadi luka …"
"Enggak Ella, kita kayak gini bukan karena kamu. Kita …" Altezza melirik Angkasa yang hanya diam dengan eskpresi acuhnya, dia menghela napas. "Kita cuma ga sengaja jatuh dari motor aja."
'Alasan macam apa itu??' batin Para anggota lain dengan eskpresi malas.
Lyora mendongak, dia menatap kedua abangnya dengan senyuman manis. "Lyora percaya sama kalian," katanya sembari tersenyum hingga memperlihatkan deretan giginya. 'Bahkan bocah TK ga bakal percaya alasan kayak gitu.'
Tiba-tiba, tangan Lyora ditarik dan membuatnya terkejut. Dia jatuh terduduk ke sofa, Lyora mengalihkan pandangannya ke arah pelaku. "Nalendra mau buat Lyora mati ya?!"
"Sssth." Nalendra meletakkan jari telunjuknya di atas bibir Lyora. "Jatuh kayak gitu aja ga bakal bikin lo mati."
"Emang nggak! Tapi kalau kepala Lyora kena sandaran kursi terus berdarah terus mati gimana??" Cerocos Lyora bagai kereta tanpa rem.
"Kalau lo mati tinggal gue hidupin lagi," jawab Nalendra santai.
"Emang orang mati bisa dihidupin lagi??" Lyora memicingkan matanya penuh curiga.
"Bisa."
"Gimana?"
Nalendra mendekat dan berbisik pelan, setelah selesai. Dia sedikit menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
NalendLyora [Transmigrasi]
Teen FictionRasya Olivia Abraham, gadis yang terpaksa meregang nyawa karena terpeleset. Di kehidupan pertama, Rasya harus jauh-jauh dari rumah agar tidak bertemu kakak yang menyayanginya dalam arti kata lain. Di dunia kedua, bukannya menjalani kehidupan yang te...