69. Mata Iblis

53 2 0
                                    

"Mata iblis tidak ada padaku! Dan juga ..." Cicilia tersenyum sinis. "Dia sudah memilih tuan barunya, silahkan tunggu 10 tahun lagi~"

"Kau ...! Hah." Alan menghela napas. "Kenapa kau sangat mudah memberikan mata iblis pada orang lain? Sementara kau sangat pelit pada saudaramu sendiri." Ia melepaskan benang yang mengikat tangan Cecilia. "Maaf ya, aku jadi mengikatmu," ucapnya sambil mengangkat bahu dengan acuh.

"Tidak-tidak, itu bukan masalah besar." Cecilia tersenyum dengan sinis sambil memegang pergelangan tangannya. "Tapi Kak, apa tujuanmu membawa para monster jelek itu kemari?'

"Tujuanku? Tentu saja untuk membunuh kalian semua dan menjadi Raja, tapi jika kau ingin menyerahkannya secara cuma-cuma, maka aku mungkin bisa membiarkanmu hidup dan melayaniku." Alan tersenyum begitu mendengar suara geraman monster dari lorong dan muncul di pintu masuk.

"Monster!" Alyssa dan Bastian langsung mengambil ancang-ancang untuk menyerang.

Namun di antara kepanikan semua orang, hanya Cecilia dan Alan yang saling tersenyum.

"Sepertinya hewan peliharaanmu sedang tidak ada, ya?" ejek Alan diakhiri senyuman sinis.

"Benar juga." Cecilia menoleh ke arah Alyssa yang menyerang para monster yang semakin banyak, ia kembali beralih ke arah Alan. "Aku memintanya mengawasi seseorang, sih ..." Cecilia tersenyum manis. "Tapi sepertinya dia sudah kembali."

Tepat saat ucapannya selesai, para monster tiba-tiba terbelah dua dan jatuh.

Dibalik tubuh besar dan gempal para monster, terdapat seorang gadis dengan tatapan tajam dan eskpresi datar yang terlihat kejam. "Izinkan aku, Master." Chie menatap Cecilia sambil memperlihatkan pisau belati di tangannya.

Cecilia yang menoleh ke arah pintu tersenyum. "5 menit, lakukan semaumu, Sinus."

Chie menatap para monster yang berlarian ke arahnya, ia dengan kecepatan tinggi langsung menebas monster-monster yang menyerang.

"Bagaimana bisa ..."

Cecilia melirik Alan yang mengerutkan keningnya dengan tak percaya.

"Tak kusangka Naga itu bisa bergerak dengan sangat cepat. Ini semakin menarik." Alan menutup mulutnya dengan senyum yang tak dapat ditahan.

"Begitulah." Cecilia menatap Alan dengan penuh penghinaan. "Aku awalnya ingin mencoba serangan pertamanya untuk membunuhmu, sayang sekali ada kendala baru." Ia berbalik ke arah pedang dengan ekspresi rumit. 'Apa akan terjadi penolakan lagi?' Cecilia melirik Neo yang tersenyum ke arahnya.

Pria itu dengan sukarela mengulurkan tangannya. "Apa perlu kekuatanku, Nona harta karun."

Cecilia tertawa kecil, ia membalas uluran tangan Neo. "Bukankah kau yang menjadi harta karun? Mata iblis."

"Harta karun sepertiku tidak ada apa-apanya dibanding sang pencipta." Neo menarik Cecilia mendekat dan melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu. "Sekarang, apa Anda memerlukan kekuatanku, Yang Mulia." Ia mengecup telapak tangan Cecilia yang dipegangnya.

"Tidak akan kubiarkan!" Alan mengeluarkan banyak benang-benang tipis dari telapak tangannya dan masuk menembus kaca, namun saat hampir mencapai Cecilia. Benang-benang miliknya justru terbakar. "Apa??!"

"Ya, bantu aku." Cecilia menyentuh ujung gagang pedang, dan membuat pedang itu mengeluarkan cahaya merah yang menyilaukan. 'Penghalangnya ...' Ia memperhatikan pedang yang perlahan-lahan mulai membaik, retakan-retakan pada pedang menghilang dan teriakan nyaring terdengar di seluruh penjuru. '... Berhasil!' Tubuh Cecilia seolah kehilangan pijakan, ia langsung tak sadarkan diri di pelukan Neo. '... Syukur-lah ...'

'Anda terlalu berlebihan, Yang Mulia.' Neo menatap fokus wajah Cecilia, ia dengan lembut dan hati-hati menurunkan gadis itu dan membaringkannya di lantai. 'Menanggung beban penghalang seorang diri ... Anda memang sudah gila.' Neo beralih menatap Lois. 'Mantan pemilik.' Ia menatap dengan tak suka. "Untuk sementara, jangan biarkan tubuh Cecilia bergerak, dia perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Jangan sampai–"

Benang-benang tiba-tiba mengikat Neo, bukan hanya kedua tangan, tapi kaki dan juga lehernya pun terikat dengan kencang. Ia melirik ke arah Alan yang tersenyum dengan sinis meski sudah muntah darah.

"Jika tidak bisa mendapatkan istana atau mata iblis, maka lebih baik kuseret kalian semua ke neraka!" Alan mengikat Alyssa, Bastian, dan Lois. Benang yang keluar di tangannya bahkan berubah menjadi merah darah.

'Hmph, bodoh sekali.' Benang merah tipis yang mengikat tubuh Neo putus dengan sendirinya, disusul dengan benang-benang di tubuh ketiga orang tersebut. "Perjuangan yang sia-sia." Ia menatap datar Alan yang terlihat sangat ketakutan, Neo tersenyum miring. "Aku tidak akan jadi harta karun jika benang kecil seperti ini bisa mengikatku." Ia dengan mudah memutuskan benang yang masih mengikat pergelangan tangannya.

Alan terlihat sangat marah, namun muncul senyuman aneh di wajahnya. Tubuhnya perlahan-lahan berubah menjadi fragmen-fragmen kecil. "Pertarungan kita cukup sampai di sini, mata iblis, mari bertemu lagi lain kali." Lalu menghilang di depan mereka semua.

Neo hanya menatap Alan tanpa ekspresi, mata merahnya perlahan redup dan tubuhnya langsung jatuh ke lantai.

🌺🌺

Cecilia membuka matanya, ia bangun dengan rasa sakit di kepalanya. 'Uh? Apa yang terjadi??' Ia mengerjap dan menatap sekeliling dengan linglung. "Ah ..." Cecilia menunduk dan menatap telapak tangannya. 'Luar biasa, aku pikir aku akan mati saat memulihkan penghalang. Siapa sangka aku masih bisa hidup.'

Cecilia berdiri dan menatap sekeliling, ia beralih menatap pedang besi yang terlihat usang. Cecilia meletakkan tangannya di atas gagang. 'Tidak ada penolakan meski tanpa mata iblis. Sekarang jadi lebih jelas, setengah dari penghalang memang terserap padaku.'

"Lia! Kau sudah bangun!"

Cecilia menoleh ke arah pintu, Chie berjalan ke arahnya dengan cepat dan langsung memeriksanya.

"Fyuh~ untungnya tidak ada luka." Chie bernapas lega sambil mengusap dada. "Si berengsek itu malah dengan seenaknya memerintahkan semua orang untuk tidak membawamu!" ujarnya kesal. "Dia pasti ingin membuatmu sakit karena tidur di lantai!"

"Tidak, aku akan mati jika kalian menggerakkan ku waktu itu."

"... Apa??"

"Lupakan, di mana Neo sekarang?" Cecilia menggerakkan tangannya yang terasa kaku. "Bawa aku menemuinya."

"O-oh, oke." Dengan keraguan yang jelas, Chie menuntun Cecilia ke sebuah ruangan yang jarang dilalui. "Dia ada di dalam, karena orang luar dilarang masuk, jadi aku hanya bisa mengantarmu sampai sini."

"Itu sudah cukup, terima kasih, Chie." Cecilia tersenyum ke arah Chie sebelum masuk ke dalam dan menutup pintu.

'... Kenapa harus dia!!'

🌺🌺

"Terima kasih atas bantuanmu, mata iblis." Cecilia berjalan mendekat dan berdiri di samping ranjang, ia menatap Neo yang memejamkan matanya. "Berkat kau, aku dan kerajaan ini jadi tergolong."

"... Untuk apa Anda begitu sungkan, Yang Mulia?" Neo membuka matanya, ia melirik ke arah Cecilia dan tersenyum kecil. "Saya sendiri yang menawarkan diri, Anda tidak perlu sungkan untuk gunakan kekuatan saya."

"Kau sangat kelelahan, bukan?"

"Benar, memulihkan penghalang dengan orang yang tidak terhubung memang memakan banyak energi, dan saya tidak bisa menggerakkan tubuh ini atau memulihkan energi. Jadi, Anda harus bantu saya memulihkan energi."

"... Kau sengaja?"

"Tentang apa?"

"Baik Alan ataupun Alstair tidak tau soal kelemahanku dan penghalang, tapi hari ini, Alan tiba-tiba saja bisa melemahkan kekuatanku dan mengikatku. Di antara orang-orang kepercayaanku, hanya kau yang benar-benar tidak pernah kupikirkan." Cecilia menatap Neo serius. "Sejak kapan kau mengambil alih tubuh itu?"

🌺🌺🌺

Update selanjutnya dari cerita ngawur ini(ʃƪ^3^)

Pokoknya Uthor usahain buat balikin lagi ke zaman modern!ತ_ತ

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang