Bab 36. Kehancuran

521 27 0
                                    

"Hentikan omong kosongmu itu, Camila!"

Gadis bermata ungu bernama Camila itu tersentak kaget, dia menatap takut-takut. "A-ada apa? Bukankah kau juga membenci Alyssa? Lalu kenapa kau marah padaku saat aku menghina dia? Bukankah kau setuju untuk diam-diam berhubungan denganku karena muak dengan Alyssa?"

"Cukup, Camila. Jangan mengatakan sepatah katapun lagi tentang Alyssa."

"Tapi kenapa??" Camila menatap dengan mata memanas, cairan bening sebentar lagi akan membasahi pipinya. "Padahal aku yang selalu menemanimu selama beratus-ratus tahun ini! Tapi kenapa kau malah mengingat dia?!" Camila menatap terkejut, dia menutup mulutnya dengan eskpresi tak percaya. "Ja-jangan bilang kau mencintainya, katakan padaku, Bastian! Kau tidak mencintai si gila itu kan?!"

"Kubilang diam!!"

🌺🌺

"Rencana Anda benar-benar bagus, Nona. Jumlah kemarahan Bastian saat ini mencapai 92%."

Lyora yang tengah bersandar di tembok sembari bersedekap dada hanya tersenyum simpul, dia memainkan kukunya. "Kemarahannya bukan karena rencanaku, Sistem. Tapi itu karena ulah si Camila itu sendiri, aku hanya … memberi sedikit bensin dan membuat api semakin membesar."

"Anda terlalu merendah, Nona. Orang lain mungkin tidak akan pernah berpikir soal rencana ini."

Lyora berdiri tegak, dia berjalan keluar. 'Sudah mencari tau soal Alyssa?'

"Ya, saya sudah mengumpulkan semua informasi dari tahun-tahun sebelumnya dan mendapat petunjuk."

'Petunjuk? Apa itu?'

"Alyssa Lauren memang tidak pernah menunjukkan wujud aslinya pada siapapun, kecuali pada tunangannya. Itu sebabnya Alyssa tidak akan membiarkan tunangannya untuk lepas."

'Begitu ya, apa ada petunjuk lain?'

"Ya, Nona. Dari informasi khusus saya, gadis bernama Alyssa itu sebenarnya memiliki mata berwarna biru dan rambut pendek berwarna ungu soft, selain itu. Alyssa memiliki kemampuan untuk melihat masa depan."

'Heh, menarik juga ya … tunggu! Jika Alyssa memiliki kemampuan untuk meramal masa depan, lalu kenapa dia bisa mati di tangan Camila?' Lyora memegang dagunya berpikir.

"Apa Nona berpikir kematian Alyssa itu hanya tipu daya agar membuat Camila lengah?"

'Bisa saja kan.' Lyora menatap cahaya dari pintu goa, dia terus melangkah sampai dirinya berhasil berdiri di bawah cahaya matahari. 'Alyssa itu, ternyata licik juga ya.' Lyora menoleh ke belakang, dia berbalik menghadap mulut goa dan menatap dengan ekspresi tak terbaca. "Sayang sekali ya, seandainya kalian tidak mengganggu kami, kami pun tidak akan mengganggu kalian. Tapi kalian sudah berani menaruh jari pada klanku, maka itu tidak akan kubiarkan …" Dia menarik napas, sebelah tangannya terangkat. "Selamat tinggal." Lyora menjentikkan jarinya.

Kebakaran api tiba-tiba saja keluar dari mulut gua dan hampir saja mengenai Lyora, api itu sangat besar dan membakar semuanya.

"Selamat tinggal, Bastian … Rayheen." Lyora berbalik dan berjalan pergi, rambutnya terbang terbawa angin. Warna rambut dan matanya kembali normal.

'Eliza … kenapa kau, melakukan ini …??'

🌺🌺

'Sakit …' Lyora bersandar di pohon, dia terduduk sembari mencengkram dadanya. 'Sakit! Sakit sekali!!' Lyora semakin mengeratkan cengkeramannya, dia berusaha mengatur napasnya yang memburu. 'Sistem, apa yang … terjadi??'

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang