Bab 37. Sandiwara

447 22 0
                                    

"Dia yang kau maksud sudah lama mati, Yuri. Berhenti berpikir jika wanita itu masih hidup."

Lyora berdiri dari duduknya sembari tertawa geli. "Ya ampun, kamu benar-benar sangat polos. Adikku." Dia mendekat dan berbisik dengan eskpresi licik. "Aku bisa membangkitkannya kembali, karena inti dari jiwanya … sudah kutemukan."

Lyora melirik Bastian, dia sangat menikmati eskpresi terkejut di wajah sang Adik.

"Kau, bercanda kan?"

"Bercanda?" Lyora tersenyum. "Apa kamu melihatku tengah bercanda? Tentu saja tidak!" Dia merentangkan kedua tangannya. "Dengan kebangkitannya, maka dia akan kembali menjadi penguasa kita. Bukankah begitu, adikku~"

"Jangan melakukan hal gila lagi, Yuri."

"Heh, apa kamu khawatir pada Kakak?" tanya Lyora dengan senyum tengil.

"Khawatir?" Bastian menatap sinis. "Pada pembunuh keluargaku?"

Ekspresi di wajah Lyora menghilang, dia menatap dengan tatapan dingin. "Oh, jadi karena itu kamu tidak ingin membangkitkannya?"

"Tentu saja, membangkitkan dia yang begitu mulia dengan darah kotormu sama saja dengan penghinaan!"

"Hah, kau ini-"

"Sebenernya kalian ini bicara apa?!" sela Lingga kelewat kesal.

"Kau diam saja!" kata Lyora dan Bastian bersamaan.

"Kalian berdua hentikan!" Altezza yang sedari tadi hanya diam ikut angkat suara, dia menatap Lyora. "Kenapa lo masih akting sih?? Ga puas lo liat mereka menderita?!"

'Sisi, bantu terjemahkan.'

"Ya, Master. Pemeran pembantu berkata, kenapa master masih bersandiwara, apa master belum puas melihat mereka -dirinya dan Angkasa- menderita."

"Aku tidak sedang bersandiwara dan aku benar-benar tidak mengenal kalian, jadi jangan bersikap seolah kita saling kenal. Satu hal lagi, aku memang bukan Lyora jadi jangan panggil aku Lyora atau Gabriella."

"Lyora, lo benar-benar udah berubah."

"Master, Anda benar-benar sudah berubah."

"Aku tidak berubah, dan tidak pernah berubah. Anggap saja semuanya adalah takdir." Lyora menoleh ke arah Bastian. "Bastian, ini adalah kesempatan terakhir. Kembalilah ke klan sebelum kamu bener-bener di usir." Dia berbalik dan hendak berjalan keluar.

Namun, tangannya yang tiba-tiba digenggam membuat Lyora dengan terpaksa menghentikan langkah. Dia menoleh ke belakang.

"Apa?" tanya Lyora, dia melirik tangannya yang digenggam. "Lepaskan."

"Ga mau."

"Lepaskan tanganku!"

"Udah gue bilang ga!"

"Lepaskan aku, Kenneth!" Lyora berusaha menarik tangannya dari genggaman Kenneth, namun sialnya. Kekuatan pria itu lebih kuat dari yang dipikirkannya. 'Sisi! Siapkan-'

"Lepasin tangan lo dari dia!" Bastian tiba-tiba saja mencengkram pergelangan tangan Kenneth dengan tatapan tajam.

'Hoho, sepertinya akan seru menjahili beliau.' Lyora sontak memasang ekspresi sedih di wajahnya. "Bastian, sakit …" cicitnya.

Seolah tersadar, Kenneth segera melepaskan genggamannya.

Lyora menarik tangannya dan memegang pergelangan tangannya yang memerah, dia yang kini berdiri di belakang Bastian meniup-niup pergelangan tangannya. 'Sakit juga ya, padahal dulu luka seperti ini tidak berarti apa-apa. Tapi sekarang, karena aku di tubuh manusia. Rasanya jadi sangat sakit.'

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang