Bab 19. Penyesalan

1.9K 101 0
                                    

"Terobsesi akan kasih sayang yang tidak pernah dirasakannya"

-Rasya Olivia Abraham-

Episode sebelumnya

Lyora menggertakkan giginya, dia berusaha mengontrol emosinya yang membuncah. Lyora menatap Lily dengan wajah tanpa ekspresi. "Setelah dia membunuh gadis itu, buat dia pingsan dan berikan ingatan palsu."

"Ya, Tuan. Tapi, apa Anda baik-baik saja?"

Happy Reading ❤️

"Ya, tidak usah khawatir. Kamu pergilah sebelum ada orang yang menyadari kehadiranmu."

Lily membungkuk, dia menghilang begitu saja.

Lyora menghela napas, dia berjalan ke arah pintu. 'Sistem, ingatkan aku untuk mengebiri pria itu nanti!'

"Hah …"

🌺🌺

[POV Lyora]

Ahh, aku suka ketenangan ini. Ketenangan dimana aku tidak diganggu siapapun, aku tidak perduli apa yang mereka pikirkan tentangku. Yang kuinginkan hanyalah kedamaian, tapi apa aku bisa mempertahankan kedamaian itu selamanya?

Jawabannya tidak, aku yang tengah menikmati makananku seketika kehilangan selera saat melihat anggota HW yang berjalan memasuki kantin.

Kutopang daguku sembari menatap ke arah lain, berharap agar mereka tidak mengenaliku. Namun harapan tetaplah harapan.

Para bocah gila itu tanpa izin menarik kursi di sampingku dan duduk, ingin sekali aku menatapnya dan mengumpatinya dengan kata-kata mutiara yang sudah kusiapkan. Namun, kuurung niatku saat mengingat jika aku sedang berada di dunia novel.

"Gabriella."

'Jangan memanggilku sialan!' Tanganku gatal ingin memelintir jantung orang yang memanggilku, namun tetap kutahan diriku dan kuacuhkan dia.

"Gabriella."

Aku menghela napas pelan, berdiri dari duduknya dan hendak berjalan pergi namun langkahku tertahan saat Nalendra menggenggam tanganku. Kutatap dia dengan ekspresi seolah meminta penjelasan.

"Kenapa lo pergi?"

Huh?? Aku tak mengerti apa yang dipikirkan pria satu ini, apa dia tidak sadar kalau kami sudah menjadi pusat perhatian seluruh murid!

"Apa?" Aku justru balik bertanya, kutatap tangannya yang menggenggam tanganku. Tanpa banyak bicara, kutarik tanganku hingga terlepas dari tangannya.

"Lo baik-baik aja kan?"

Pertanyaan yang aneh! Kalau aku tidak baik-baik saja, aku tidak mungkin berdiri di hadapannya kan!

"Heh, pak bos. Lo kagak liat neng Gabriella berdiri sehat sentosa di depan mata."

Dalam hati, kusetujui ucapan Fredian. Namun, tidak pernah kuubah ekspresi wajahku.

"Lo harus balik, Gabriella."

Balik? Kemana? Ke mansion yang bahkan tidak menerima kehadiranku?? Hah, gila! Jika aku benar-benar kembali, maka artinya aku sudah gila!

"Altezza dan Angkasa nungguin lo."

Lucu, apa kau pikir mereka sungguh menungguku? Mereka yang selalu mengharapkan kepergianku! Jadi untuk apa aku kembali? Kembali dengan tubuh yang bahkan tidak dipedulikan siapapun.

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang