'Apes banget dah gue, gila!' Rasya menatap hujan yang turun dengan deras, langit ditutupi dengan awan hitam, yang pasti hujan tidak akan berhenti dalam waktu dekat. 'Neo juga balik duluan, gue nggak bawa payung lagi! Mana mau mesen ojek online juga nggak mungkin.'
Rasya mengacak-acak rambutnya frustrasi, tidak mungkin juga jika dia berlari kembali ke mansion di tengah hujan lebat. Bisa-bisa dirinya malah terpeleset dan jatuh atau salah arah.
"Akh! Kenapa lo harus turun sih, hujan?!" Rasya mendongak, menatap langit yang dipenuhi awan gelap, ia berteriak-teriak tidak jelas karena semua siswa-siswi sudah pulang sejak tadi. Keterlambatan Rasya untuk pulang disebabkan karena hari ini waktu piketnya.
"Lo teriak juga nggak bakal buat hujan berhenti, Ra."
Rasya tersentak kaget, ia menoleh ke belakang dan menatap sang ketua OSIS. "Lah, Kenneth? Lo belum balik? Gue kira cuma gue sendirian doang …" ujarnya dengan bingung, dan sedikit malu karena Kenneth mendengar ucapannya.
"Gue ada urusan lain." Kenneth berjalan mendekat dan berdiri di samping Rasya, ikut menatap langit. "Awannya gelap banget, kayaknya hujannya bakalan lama." Ia menunduk dan menatap Rasya yang menggerutu pelan, tidak terdengar jelas apa yang dikatakan gadis itu, tapi Kenneth bisa melihat wajahnya yang sedikit memerah, bahkan sampai telinga. "Lo kenapa belum pulang?"
"Gue ada piket. Tapi tiba-tiba turun hujan dan Ne– maksud gue, Nalendra. dia udah pulang duluan karena acara keluarga."
"Emangnya lo nggak bawa payung?"
"Nggak, gue nggak tau kalau bakal hujan …" Rasya diam-diam mencengkram roknya, jelas tidak nyaman dengan situasi saat ini.
"... Ponsel lo? Lo nggak coba nelpon keluarga lo buat jemput?"
"Gue nggak punya nomor mereka. Ponsel gue baru dan gue lupa buat minta nomor mereka," gumam Rasya pelan, ia mengomeli kebodohannya yang jadi pelupa dalam hati.
"… Ikut gue pulang lo mau?" Kenneth bertanya dengan keraguan di nada suaranya.
"Hah? Nggak usah, gue nggak mau ngerepotin lo." Rasya dengan panik melambaikan tangannya, menolak ajakan Kenneth. Ia jelas akan berada di situasi canggung jika benar-benar pulang dengan Kenneth.
"Tapi kayaknya bakal turun hujan terus, lo yakin mau nunggu di sini?"
"Ya … orang rumah pasti bakal sadar kalau gue masih belum pulang," gumam Rasya.
Kenneth terdiam, memperhatikan eskpresi wajah Rasya yang lesu.
"Lo pulang aja duluan, gue masih mau tunggu di sini."
"Ra," panggil Kenneth pelan.
Rasya menoleh, menatap Kenneth dengan bingung.
"Lo sakit?"
Rasya terdiam, ia menatap Kenneth dengan eskpresi yang tak terjelaskan, lalu menggeleng. "Gue nggak apa-apa."
"Lo yakin? Lo keliatan pucat banget …" Kenneth mendekat dan meletakkan tangannya di dahi Rasya. "... Lo demam, Ra!" lanjutnya begitu merasakan suhu panas di dahi Rasya.
"Nggak, gue nggak demam, emang suhu tubuh gue kadang tinggi." Rasya beralasan sambil menepis tangan Kenneth. 'Nggak ada yang sadar, kenapa dia bisa tau?'
Kenneth menatap Rasya datar, ia melepas jaket yang dikenakannya dan memasangkannya ke kepala Rasya.
Saat gadis itu masih kebingungan, tubuhnya langsung melayang ke udara, membuatnya memekik tertahan. "Kenneth! Lo ngapain, gila?! Turunin gue!"
"Lo harus ke rumah sakit, Ra."
"Gue nggak sakit!" Rasya terus bergerak sembarangan di gendongan Kenneth.
KAMU SEDANG MEMBACA
NalendLyora [Transmigrasi]
Teen FictionRasya Olivia Abraham, gadis yang terpaksa meregang nyawa karena terpeleset. Di kehidupan pertama, Rasya harus jauh-jauh dari rumah agar tidak bertemu kakak yang menyayanginya dalam arti kata lain. Di dunia kedua, bukannya menjalani kehidupan yang te...