65. Masa Lalu (2)

81 3 0
                                    

'Indahnya. Apa istana memang sebesar ini??' Aku menatap takjub ruangan yang kutempati.

Sangat besar dan luas! Ada banyak perabotan cantik yang tidak pernah kulihat, ada banyak pelayan cantik yang berlalu-lalang.

Aku menunduk dengan gugup, ini pertama kalinya aku masuk ke istana semewah ini. 'Apa yang harus aku lakukan? Kenapa dia membawaku ke sini?' Ketika memikirkannya, jantungku kembali berdetak dengan cepat.

Tunggu. Aku baru tersadar.

Aku mendongak, menatap pria asing yang tengah memberi perintah pada beberapa pelayan. Mataku mencerminkan sosok dari pria yang tengah membelakangi 'ku.

'Ini sangat aneh, kenapa aku tidak melihat takdirnya sama sekali?' Aku kebingungan sejenak, ini pertama kalinya aku tidak melihat apapun di matanya.

Semua takdir orang-orang yang pernah kulihat terpampang jelas di mata mereka, lalu kenapa Pria ini berbeda?

Bukan hanya takdir, aku juga merasa sangat aneh dengan suaranya yang terdengar berat dan serak.

Itu jelas bukan suara manusia!

Aku seketika merinding, jika dipikir-pikir lagi. Pelayan-pelayan yang berlalu-lalang memiliki tanduk atau ekor yang aneh, awalnya aku pikir itu hanyalah kostum agar tidak terlalu membosankan. Ternyata aku salah.

Sepertinya ... aku sudah masuk ke tempat yang tak seharusnya kudatangi. Dunia bawah!

Aku memeluk tubuhku dengan kepala tertunduk, takdirku. Aku masuk ke tempat yang seharusnya tidak pernah kudatangi! Aku salah melangkah, aku benar-benar akan mati!

"Ada apa, Cecilia?"

Aku tersadar, rasa takutku 80% turun ke lututku! Apa yang harus kulakukan?? Haruskah aku lari? Tidak, aku sudah terjebak di kandang hewan buas! Bagaimana caranya pergi dari sini??

'Takdir, masa depan, dunia bawah, kematian.' Aku memutar otak, berusaha mencari cara agar bisa kabur dari penjara berbentuk istana ini. Namun sial, aku tidak—

"Dahimu sangat panas, apa kau demam?"

Tangan dingin yang menyentuh dahiku kembali menyadarkanku, aku tanpa sadar menepis tangan pria itu dan mundur dengan ekspresi ketakutan.

"Cecilia?"

Ekspresi polos di wajah pria di hadapanku tidak dapat menutupi sorot matanya yang dingin, aku menelan ludah. Benar-benar merutuki kebodohanku yang seenak jidat ikut pada orang asing!

"Ada apa?"

"T-tidak, tidak ada apa-apa. Aku, aku hanya melupakan sesuatu di tempatku, aku harus segera kembali dan mengambilnya!" Ucapku gagap, itu menyebalkan karena aku tidak bisa mengontrol suaraku sama sekali! Apa dia curiga??

Aku diam-diam meliriknya, tatapan matanya masih terlihat dingin meski senyuman lembut terpatri di wajahnya. "Begitu ya, bagaimana jika kuantar ..."

Ah, ucapan dan wajahnya mengabur. Apa yang terjadi? Aku tidak bisa mendengar suaranya lagi, apa dia bergumam?

🌺🌺

"Lia? Cecilia! Cepat bangun!"

Cecilia mengerjap, ia menatap linglung Chie yang sejak tadi memanggilnya. "Lois ...?"

"Sayang sekali ini aku dan bukan Lois!" ujar Chie marah.

Cecilia bangun, ia mengucek matanya dan menatap Chie yang terlihat kesal. "Ada apa, menggangguku pagi buta begini?"

"Pagi buta?? Ini sudah siang! Kau punya banyak-banyak pekerjaan yang perlu dilakukan, dokumen menumpuk di ruang kerjamu dan perlu diperiksa!" omel Chie jengkel.

Cecilia menghela napas panjang, ia kembali berbaring sambil menarik selimut menutupi tubuhnya. "Minta saja Kakakku tersayang untuk melakukannya, aku masih mengantuk~"

"Tidak boleh! Pangeran keempat kembali ke perbatasan kemarin, jadi kau harus mengurus semuanya kembali!" Chie menarik tangan Cecilia agar mau bangun, namun usahanya berakhir gagal.

"Minta saja kakakku yang lain, Felix atau Adrian."

"Sangat disayangkan! Felix punya dua kali dokumen yang perlu diurus daripada kau! Adrian juga sibuk, berkali-kali lipat daripada kau! Ayo cepat bangun!" Kali ini, Chie menarik selimut Cecilia hingga jatuh ke lantai. Ia kembali menarik tangan gadis itu. "Ayo kerja, jangan malas!"

"Iya-iya, biarkan aku mandi dulu."

"Tidak ada mandi sebelum semua dokumen diurus!"

🌺🌺

Cecilia bersandar di kursi, ia menghela napas panjang. Dokumen-dokumen yang menumpuk di mejanya belum juga menunjukkan tanda-tanda akan habis.

Jari lentiknya bergerak mengetuk-ngetuk meja, ia menopang dagunya dengan sebelah tangan. "Aku sangat bosan~ apa kau juga berpikir begitu ..." Cecilia melirik ke lain. "Neo."

"Ya, ini sangat membosankan. Apa kau selalu bekerja seperti ini setiap saat?"

"Sebenarnya, tidak setiap saat juga sih." Cecilia mengangkat bahunya acuh. "Biasanya, Kakak-kakak ku tercinta yang akan mengurus semuanya. Tapi kali ini, mereka benar-benar super sibuk sampai tidak punya waktu mengurus urusan kerajaan. Apalagi, Rion juga sudah pergi ke perbatasan ... aku jadi perlu mengurus semuanya sendirian, deh~ andaikan Lois ada di sini. Dia pasti bisa menyelesaikan semuanya dengan cepat."

"Apa perlu aku bantu? Aku mungkin bisa melakukan beberapa hal untuk membantumu."

"Terima kasih, aku sangat terharu." Cecilia tersenyum manis ke arah Neo, ia kembali menatap tumpukan dokumen. "Tapi aku tidak yakin kau akan mengerti tulisan dari sini. Tulisan duniamu dan duniaku berbeda, bukan?"

Neo berjalan mendekat dan mengambil salah satu dokumen, ia membuka dan memperhatikan setiap kalimat asing yang tertulis. "Ya, aku tidak bisa menulisnya sama sekali. Tapi aku sepertinya bisa mengerti sedikit soal kalimatnya."

Cecilia terdiam melongo, ia menatap Neo tak percaya. "Kau serius?? Apa semua orang yang pindah dunia bisa membaca tulisan dari dunia yang ditempatinya? Apa itu artinya, jika aku datang ke duniamu. Aku juga bisa membaca tulisannya??" tanyanya penuh semangat.

Neo menatap Cecilia sambil memegang dagu. "Aku tidak begitu yakin, tapi mungkin bisa kita coba."

"Bagus!" Cecilia berdiri sambil menggebrak meja, ia menatap Neo dengan tatapan penuh binar. "Ayo segera temukan portal dan datang ke duniamu!"

Neo hanya diam melihat semangat membara dari Cecilia, ia kembali menatap dokumen di tangannya dengan ekspresi tenang.

"Hei, setidaknya. Tanggapi aku sedikit~" ujar Cecilia sedikit kecewa, ia kembali duduk dan mengambil dokumen lain untuk diselesaikan. "Kau sangat membosankan," gerutunya.

"Bukankah beberapa dokumen ini harus diselesaikan sebelum gelap?" Neo menatap Cecilia yang membuat lingkaran di meja dengan jarinya.

"Ah, iya! Kau benar! Astaga, aku benar-benar lupa!" Cecilia menepuk dahinya, ia kembali melakukan pekerjaannya yang membosankan.

Di tengah-tengah kesibukan, Cecilia menyempatkan diri untuk melirik Neo yang ternyata juga membantunya.

"Kenapa menatapku seperti itu?"

Cecilia tak mengelak begitu tertangkap basah, ia justru menopang dagu dan tersenyum ke arah Neo. "Itu karena kau tampan~"

"Pujianmu tidak mempan lagi," jawab Neo dengan wajah datarnya.

Cecilia berdecak, ia kembali mengurus dokumen-dokumennya dengan malas. "Omong-omong, Neo. Apa ada kabar soal jiwa Olivia? Maksudku, apa Alyssa mau menyerahkan jiwa itu?"

"Tidak, aku masih belum bisa mendapatkannya. Dia jadi lebih waspada padaku daripada sebelumnya, sepertinya ... dia sudah tidak percaya padaku."

'Gadis itu benar-benar merepotkan. Dia tidak tau kalau aku mengubah ingatan Neo kan? Jika dia melihat masa depan dan sadar ...' Cecilia mengigit kukunya. 'Aku harus dapatkan jiwa itu secepatnya, atau ingatanku ... tidak akan pernah kembali.'

🌺🌺🌺

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang