Bab 33. Sihir

617 29 0
                                    

Lyora berdiri di depan halte bus, dia menunggu dengan tak sabaran.

Ingatan masa lalu muncul di pikirannya.

"Kakak, kenapa kakak disini?"

"Apa kakak tidak boleh tidur dengan adik sendiri?"

"Um, boleh sih. Tapi kan, Mama dan Papa bilang kita tidak boleh tidur bersama."

"Sssth, ga usah dengerin omongan Mama Papa, oke. Lo cuma milik gue, Rasya."

"Hum? Tentu aja! Rasya selalu bakal jadi milik kakak, Rasya kan adik kakak!"

Lyora menunduk dan menjambak rambutnya sendiri, dia memejamkan matanya dengan erat. 'Jangan ganggu gue sialan!!'

"Kakak, Mama Papa udah ga ada. Sekarang kita harus gimana?"

"Ga usah khawatir, Rasya. Gue bakal gantiin mereka buat jaga lo selamanya."

"Hehehe, ga bisa selamanya dong. Rasya kan bakal nikah, Kak Charlos juga bakal nikah."

"Kalau gitu kamu nikah sama gue aja."

"Brengsek! Sialan! Bedebah!" gumam Lyora, dia mengumpati kakaknya dengan segala macam umpatan yang dipikirkannya. 'Kenapa lo harus hidup sih?! Dasar bedebah sialan!!'

"Hei neng cantik, sendirian aja."

"Abang temani gimana?"

"Lumayan dapet cewek cantik pas mendung."

"Hehe, tenang aja. Lo bisa teriak sepuasnya karena ga bakal ada orang yang denger."

Mata Lyora tiba-tiba memancarkan kekosongan, otaknya tidak bisa berpikir jernih. Dia menurunkan tangannya yang sebelumnya menjambak rambutnya dan hanya berdiri diam.

"Hehehe, bagus. Ga usah ngelawan karena lo ga bakal bisa ngalahin kami."

Mata Lyora berkilat tajam.

Tiba-tiba, sebuah tangan mendarat di bahunya. "Woy! Jawab-"

Sebelum pria yang menyentuh bahu Lyora menyelesaikan kalimatnya, sebuah tanaman merambat sudah lebih dulu muncul dari dalam tanah dan mengikatnya.

Dua temannya yang lainnya terdiam ketakutan, mereka sontak berbalik dan hendak melarikan diri. Namun belum melangkah jauh, sebuah tanaman merambat sudah lebih dulu menahan pergerakan mereka.

"Seharusnya bedebah seperti kalian tidak usah hidup!"

Setelah mengatakan itu, tanaman merambat itu perlahan-lahan kembali masuk ke dalam tanah dan menghilang bersama ketiga pria itu. Retakan di dalam tanah kembali putih seolah tidak pernah terjadi apapun.

Lyora menarik napas dalam-dalam, dia duduk di bangku panjang dengan mata tertutup. "Sabar, Kak Yuri. Tenang, tenang~ jangan termakan emosimu, manusia memang begitu. Tenanglah, tenang!" gumamnya terus menerus.

🌺🌺

"Tuan!"

"Tuan! Syukurlah Anda kembali dengan selamat!"

"Ada apa? Kalian terlihat sangat panik."

"Kami khawatir karena Emily tidak dapat merasakan energi Tuan, untunglah tuan baik-baik saja."

"Ah, soal itu …" Lyora menggaruk pipinya yang tak gatal. "Sebenarnya aku diculik dan dibawa ke kawasan penyihir putih …" Dia menghela napas. "Sebenarnya sejak awal memang rencananya begitu, tapi karena terjadi tiba-tiba. Aku jadi tidak bisa berpikir jernih."

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang