Bab 14. Menghilang [2]

2.4K 136 0
                                    

"Apa kamu berpikir aku akan membiarkanmu menganggu penerusku begitu saja?"

Suara yang seindah alunan melodi terdengar memenuhi kamar, gadis itu tetap mempertahankan ekspresi wajahnya yang tenang seolah tak terusik akan apapun. Dia bagaikan malaikat yang datang untuk memberi penghakiman pada umat manusia.

"Dasar lancang! Kau begitu berisik saat kami memasuki kawasanmu! Dan sekarang, kau memasuki rumahku begitu saja!!" kata Liliana dengan nada penuh amarah.

"Aku memasuki tempatmu karena kamu mencuri jiwa penerusku, apa kamu berpikir aku hanya akan diam saja ketika melihat kamu ingin menghancurkan pikiran dari penerusku dan menjadikannya budakmu."

"Diam! Rasya adalah Putriku dan dia akan ikut aku apapun yang terjadi!"

"Maka itu tidak bisa dibiarkan."

Tiba-tiba, muncul banyak bola-bola cahaya kecil yang berterbangan di sekitar gadis itu.

Cahaya-cahaya kecil itu tampak mengelilingi sang gadis seolah dia adalah makhluk yang patut dipuja.

"Jangan salahkan aku karena kamu yang lebih dulu menganggu perdamaian kami."

Suara tawa berkumandang, Liliana menatap hina gadis itu. "Apa kau pikir kau bisa menang?? Ini adalah kawasanku dan aku jauh lebih kuat di tempatku sendiri! Akan kuhabisi kau dan kujadikan budakku!!"

Gadis itu tetap mempertahankan eskpresi wajahnya, dia menghela napas. "Kamu harusnya mengatakan itu setelah mengalahkanku." Tanpa menggerakkan tubuhnya, gadis itu bergumam. "Roh murni, Shilfya."

Cahaya-cahaya kecil yang mengelilingi gadis itu menyatu dan memadat, membentuk wujud seorang gadis. Setelahnya, cahaya itu tiba-tiba meledak dan memperlihatkan seorang gadis dengan gaun yang sedikit ketat berwarna putih. Rambutnya berwarna emas dengan hiasan permata putih di bando simpel yang dikenakannya, gadis itu hampir setinggi gadis yang memanggilnya. Namun, dia tidak menapakkan kakinya di lantai melainkan terbang tanpa sayap.

"Saya menghadap Anda, Tuan."

"Shilfya, hancurkan kegelapan."

"Baik!" Gadis itu memunculkan merentangkan kedua tangannya dengan mata tertutup. "Angin pemurnian, florya."

🌺🌺

"Apa?! Bagaimana bisa?!" tanya Delio penuh amarah, begitu tiba di bandara. Dia tiba-tiba saja mendapat telepon dari bawahannya yang menjadi bodyguard jika Lyora menghilang.

Dengan cepat, Delio menaiki mobil yang sudah disiapkan dan melaju ke mansion keluarga Alexandra.

Saat sampai di sana, dapat dia lihat banyaknya pelayan dan bodyguard yang berjejeran dengan kepala tertunduk.

Eskpresi wajah Delio memerah karena amarah, dia berjalan masuk melewati para pelayan dan bodyguard.

Delio dapat melihat kedua cucu laki-lakinya yang hanya bisa menundukkan kepala, tanpa banyak kata. Dia berjalan mendekat dan memberikan tamparan keras di pipi kedua cucunya itu.

"Bagaimana bisa Gabriella menghilang?! Kalian ini menjaganya dengan sungguh-sungguh atau tidak sih?!" tanya Delio penuh amarah, dia tak lagi menghiraukan teman-teman keduanya yang berada di sana.

"Maaf, Kek. Kami sudah mencarinya kemana-mana, tapi Ella tidak kunjung ketemu."

Angkasa hanya diam tak membalas, dia hanya terus menundukkan kepalanya. Angkasa tau sikap sang Kakek, jika sudah tentang cucu kesayangannya. Sang Kakek akan melakukan apapun dan akan menghukum seberat mungkin siapapun yang membuat cucunya terluka bahkan jika itu cucunya yang lain.

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang