42. Rahasia Terpendam

357 14 0
                                    

"Jangan terlalu percaya pada yang kau lihat, apalagi yang kau dengar. Karena telinga dan matamu, bisa menipumu."

—Angkasa Zahir Alexandra—

🌺🌺

Mendengar suara langkah kaki yang mendekat membuat senyuman di wajah Lyora merekah, dia menoleh ke asal suara datang. "Nal— Kak Altezza??" Lyora menatap bingung sekaligus kaget saat melihat yang datang adalah kakak tertuanya. 'Kenapa Altezza yang dateng?'

"Gabriella."

Lyora semakin dibuat terkejut saat Altezza tiba-tiba memeluknya dengan erat, dia berkedip beberapa kali dengan otak yang berusaha mencerna kejadian sebelumnya. "K-kak Altezza?"

"Gue khawatir banget lo kenapa-napa." Altezza mengeratkan pelukannya. "Rasya," gumamnya dengan pelan.

Lyora yang mendengar dengan jelas gumaman Altezza terdiam mematung, dia melirik sang Kakak dan seolah tersadar. 'Tunggu, bau parfum Kak Altezza ga kayak gini! Siapa yang gue peluk??'

"Lyora, gue—"

"Menjauh dari Lyora!!"

Lyora dan Altezza menoleh ke asal suara, tepatnya ke arah Bastian yang berdiri tak jauh.

"Bastian? Ad—" Lyora seketika menggantung kalimatnya saat melihat beberapa tengkorak yang berdiri di belakang Bastian. "Itu … apa?"

"Hehehe, lo udah sadar?"

Lyora menatap Altezza yang tertawa aneh, pria itu tiba-tiba saja mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dan mengarahkannya ke leher Lyora dengan cepat. "Ka-kak …?"

"Gue ga nyangka lo bakal sadar secepat ini."

"Lepasin dia! Dia ga ada hubungannya dengan masalah lo."

"Ga ada hubungan?" Altezza tertawa keras. "Dia adik gue! Adik yang gue cintai, dan menurut lo. Gue ga ada hubungan apapun??"

"Kak Al-tezza …" Lyora menelan salivanya, matanya tampak sedikit gemetar karena ketakutan. "Carlos Rionard Abraham …? Tidak, mungkin … kan??"

"Eh?? Ternyata kau masih mengingatku ya, adikku sayang … Rasya Olivia Abraham." Altezza mendekatkan wajahnya ke wajah Lyora dengan ekspresi bahagia.

Namun, tidak dengan sang gadis yang justru gemetar ketakutan. "Mus-tahil …"

"Itu tidak mustahil, Rasya." Altezza mengusap pipi lembut Lyora dengan sebelah tangannya. "Sejak awal kita emang berjodoh, lo liat sendiri kan? Bahkan meski di dunia lain, kita tetap bersama."

"Kenapa …" gumam Lyora lemah. "Kau, tidak mungkin kemari …"

"Bukankah sudah kukatakan, kita adalah pasangan yang diatur oleh tuhan. Makanya kita masih bertemu bahkan di dunia lain, benar kan, adikku sayang. Rasya."

"Lepasin tangan lo dari Lyora, biadab!!" Bastian hanya bisa diam dan menunggu celah, dia tidak bisa asal bertindak atau nyawa Lyora akan dalam bahaya.

"Ini ga ada hubungannya dengan lo." Altezza mengusap pipi Lyora hingga ke bibir, dia menyeringai. "Gue selalu rindu dan nunggu waktu yang tiba buat jemput lo, Rasya."

"Nggak, ga mungkin. Gimana bisa, gimana bisa lo kesini?" gumam Lyora dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.

"Maaf, Lyora. Gue seharusnya bilang sejak awal kalau Kak Frey ngambil tiga jiwa dari dunia lo." Bastian mengepalkan tangannya, dia tahu sudah terlambat untuk memberitahu kebenaran karena keraguannya. Bastian menyesal namun semuanya sia-sia sekarang, dia tidak bisa mengulang waktu dan menolong Lyora. Yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah membuat lawannya lengah dan mengamankan Lyora.

"Apa, apa maksud lo? Tiga? Lo, lo bercanda kan??"

"Maaf, gue seharusnya bilang semuanya pas Sisi ngasih tau gue kebenarannya." Bastian hanya bisa memalingkan wajahnya, dia tidak sanggup melihat ekspresi kecewa dan putus asa dari si gadis.

"Bastian, jadi selama ini … lo juga, bohongin gue?" tanya Lyora dengan senyum getir.

" … Maaf."

Lyora hanya bisa diam dengan kepala tertunduk. "Kak … Carlos Rionard Abraham, kenapa harus lo?"

"Itu karena kita berjodoh, Rasya. Bahkan di dunia lain pun, tuhan tetap mempertemukan kita."

"Berjodoh?" Lyora menatap sinis. "Ga ada yang mau dijodohin sama binatang kayak lo!" Sarkas Lyora.

"Ucapan lo terlalu jahat, Rasya." Ekspresi wajah Altezza berubah datar. "Apa lo ga perduli pada perasaan gue?"

"Perduli? Nggak! Gue ga perduli apapun yang terjadi sama lo dan gue harap … lo jatuh ke neraka!!"

"Gadis sialan!" Altezza melayangkan tangannya dan menampar pipi putih mulus sang adik, bahkan, saling kerasnya tamparan tersebut, darah sampai mengalir keluar dari mulut dan hidung Lyora.

"Rasya!" panggil Bastian panik.

Altezza mencengkram erat dagu Lyora. "Dengerin gue, bukan berarti karena gue suka lo. Gue jadi ga akan bersikap kasar, bagi gue … lo cuma mainan yang gue butuhin! Lo cuma—"

"Wah, jadi lo samain gue sama gadis-gadis yang udah lo bunuh itu??" Lyora menatap sinis. "Lo bener-bener rendahan, ya. Memangnya apa salah gadis-gadis itu sampai lo tega ngehabisi mereka dengan kejamnya?? Jawab gue, Carlos Rionard Abraham!"

"Lo tanya gue soal mereka? Itu karena mereka udah bikin gue kesel, Rasya." Altezza kembali mengusap bekas tamparan di pipi Lyora. "Mereka ga mau patuh dan terus merengek, itu benar-benar bikin gue muak dan jengkel. Jadi gue harap, lo ga kayak gitu dan ga buat gue punya alasan buat ngehabisin lo."

Lyora justru tertawa mendengar ancaman Altezza, dia tersenyum gemetar menunjukkan kemenangan yang tidak pasti. "Serius? Lo kira ancaman murahan itu berguna ke gue?? Carlos, Carlos. Gue bener-bener kasihan sama lo." Ekspresi di wajahnya seketika berubah datar. "Lo, ga bisa ngerasain apapun kan?"

"Hah, maksud lo apa?" Altezza tersenyum seolah membantah ucapan tidak masuk akal dari Lyora.

"Ah, maaf." Lyora tersenyum manis. "Gue ganti ucapan gue, lo ga bisa mengekspresikan perasaan lo kan?"

"Cukup, Rasya. Jangan buat gue makin marah."

"Alexithymia, heh. Gue ga nyangka, bahkan di dunia ini pun, lo ngalamin penyakit itu … daripada gue, lo lebih menyedihkan, Carlos. Lo tertawa dan menangis seolah-olah lo ga kenapa-napa. Tapi nyatanya, lo ga tau harus gimana di depan orang lain. Itu sebabnya kan, lo selalu tersenyum dan tertawa. Karena itu bisa nyembunyiin kebenaran yang lo sembunyiin bahkan dari Bokap dan Nyokap."

"Rasya, lo—"

"Lo pasti heran kan kenapa gue tau kalau lo punya penyakit? Itu karena gue bisa melihat masa lalu lo hanya dengan nyentuh lo doang. Fufufu, menarik kan? Lo ga pernah tau, gue punya kemampuan buat melihat masa lalu. Benar, ini ga masuk akal dan ga ada yang tahu rahasia ini." Lyora tersenyum manis. "Karena yang tahu rahasia ini cuma pengasuh dan supir gue yang udah mati karena kecelakaan."

Altezza tersenyum. "Jangan bilang, lo yang sengaja nyelakain mereka?"

"Mencelakai?" Lyora menatap kebingungan, dia tersenyum. "Gue ga serendah itu sampai ga tau balas budi." Lyora tersenyum. "Makanya gue minta orang lain buat ngebantu gue, dan apa lo tau siapa orang itu??"

Altezza hanya diam menunggu Lyora melanjutkan ucapannya, seiblis-iblisnya dia. Altezza a.k Carlos tidak pernah menghabisi orang lain hanya karena hal sepeleh … tidak, mereka adalah sejenis!

🌺🌺

Alexithymia
adalah kondisi ketika seseorang tidak mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya. Meski tidak berbahaya, alexithymia tetap perlu diatasi karena dapat memengaruhi kehidupan sosial penderitanya.

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang