73. Mati

167 5 3
                                    

"Nggak ada yang liat Cecilia?"

"Nggak, kayaknya tadi dia pulang ke mansion Alexandra." Nalendra memutar-mutar pulpen di tangannya, ia melirik Bastian yang sibuk dengan handphonenya. "Ada cara buat buka portalnya?"

"Nggak, kita perlu nunggu beberapa bulan sampe portalnya muncul sendiri."

"Tch, gue udah coba hubungi Cecilia, tapi nggak diangkat." Alyssa melempar handphonenya ke sofa dan duduk di sebelahnya, ia bersandar dan memejamkan matanya. 'Tidak ada sihir yang tersisa di tubuh Cecilia.' Alyssa perlahan membuka matanya. 'Sepertinya, dia menjadi Rasya setelah berada di dunia modern dan kembali jadi Cecilia di dunia kuno. Tapi, kenapa? Apa bisa ada dua orang di dua dunia yang berbeda pada saat bersamaan??'

"Kalian berdua."

Alyssa mendongak dan menatap Nalendra yang menatapnya juga, dengan datar. "Apa??"

"Yang Mulia dalam bahaya."

"Yang Mulia ...? Maksudmu, Cecil– sebentar, kau bukan Neo!"

"Panggil aku Neil, harta karun kerajaan Iblis."

"Neil, mata ... iblis ...?"

"Ya, dan Yang Mulia dalam bahaya sekarang." Nalendra menatap ke arah pintu basecamp. "Temukan dia, secepatnya!"

"Kenapa bukan kau saja?" Alyssa melipat kaki di atas kaki lain dengan sombong.

"Kekuatanku tidak mencukupi, aku sudah kesusahan mengendalikan tubuh ini." Nalendra menatap Alyssa datar. "Selamatkan dia sebelum terlambat." Ia dengan terpaksa membungkuk dan merendahkan dirinya. "Aku mohon, Putri kerajaan sihir."

"Oh? Kau benar-benar layak jadi anjing yang patuh, kau bahkan sampai rela membungkuk hanya demi keselamatan Cecilia." Alyssa berdiri dan menatap Nalendra. "Bagaimana jika jadi anjingku saja, aku bisa merawatmu lebih baik dari gadis itu," lanjutnya sambil meletakkan telunjuknya di dahi Nalendra.

"... Kau sudah lama kubunuh jika bukan karena Yang Mulia."

"Uwah! Menakutkan sekali!" Alyssa tanpa sengaja bertatapan dengan Bastian yang menatapnya tajam dan datar. "Hanya bercanda, aku tidak mau menambah beban lagi~" ujarnya sambil mengangkat kedua tangan, ia kembali menatap Nalendra. "Akan kuselamatkan, tapi kau perlu berjanji sesuatu padaku lebih dulu."

"Tidak masalah, katakan saja."

🌺🌺

Rasya mengetuk pintu dengan pelan, sudah setengah hari tanpa makanan dan air membuat tubuhnya yang sudah lemah semakin lemah, ia beralih menatap Altezza dan memeluk lututnya. 'Di banyaknya manusia, kenapa harus Altezza??'

Rasya menggerakkan giginya. 'Carlos b*jing*n itu ...!!' Ia menghela napas, diam saja tidak akan bisa membantunya bebas. Tapi tidak ada barang apapun di ruangan berukuran kecil itu kecuali Altezza yang diikat kedua tangannya dan digantung, ia bersandar pada pintu dan memejamkan matanya. 'Siapapun ...'

🌺🌺

Nalendra menyentuh dadanya yang terasa sesak, sudah 10 menit semenjak kedua penyihir itu pergi. Namun perasaan gelisah dan tidak nyaman di hatinya tak kunjung menghilang, ia juga tidak bisa pergi kemanapun karena pembatasan sihir yang dibuat penyihir pria itu sebelum pergi.

Dalam arti kata lain, rumah aneh tempat Nalendra berada saat ini adalah penjara abadi selama ia belum pulih atau Bastian tidak membuka pembatasnya.

'Yang Mulia, tolong baik-baik saja.' Nalendra memejamkan matanya sejenak lalu kembali membuka matanya. 'Detak jantung dan napasnya melemah, jika mereka tidak sampai dalam satu menit. Maka Yang Mulia mungkin akan mati.' Ia mencengkram erat sandaran sofa. 'Jika sampai Yang Mulia benar-benar mati ...' Mata merah darahnya berkilat tajam. '... Akan kuhancurkan dunia ini!'

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang