68. Penghalang

70 3 0
                                    

'Tanganku bergetar.' Cecilia menatap tangannya yang terhenti di udara begitu ingin memegang pedang, gemetar dengan tak wajar. 'Apa, apa ini? Kenapa aku merasa takut?'

"Cecilia, kenapa kamu hanya diam?"

"Ini aneh, aku merasa bahaya yang tidak jelas," ujar Cecilia, semakin tangannya mendekati penghalang, ada semacam arus listrik yang mengaliri tangannya.

"Apa kamu takut? Biarkan aku—"

"Kau tidak akan bisa melakukannya." Cecilia memejamkan matanya erat, ia langsung memegang gagang pedang dan membuat tubuhnya seolah tersengat listrik yang besar. Dari tangan yang memegang gagang hingga bahunya terasa seperti dikerumuni oleh serangga-serangga kecil yang merayap ke kepalanya.

"Cecilia, apa yang terjadi?? Kenapa wajahmu memucat?"

Cecilia seolah merasakan letupan kecil di gagang pedang yang membuatnya dengan terpaksa melepaskan gagang itu, ia menatap tangannya yang mengeluarkan darah dengan bentuk horizontal. Seolah-olah, Cecilia baru saja mengiris telapak tangannya.

"Cecil ...??"

'Tidak pulih.' Cecilia terus menatap telapak tangannya yang tak henti-hentinya mengeluarkan darah, ia seketika menoleh ke belakang. "Mata iblis ...!"

🌺🌺

Alyssa yang sejak tadi hanya diam menatap kepergian kedua sejoli itu, ia beralih menatap Neo yang pandangannya tak pernah lepas dari Cecilia yang telah menghilang. 'Begitu, aku sudah mengerti masalahnya.' Alyssa memegang tangan Lois. "Kita harus menyusul–" Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Neo sudah lebih dulu meluncur pergi mengikuti jejak keduanya.

Bastian, Alyssa, dan Lois mengikuti ketiganya dengan langkah cepat yang masih terkesan santai.

"Aku tidak yakin Cecil bisa memulihkan penghalang meski bersama Alstair," gumam Lois yang terus ditarik oleh Alyssa.

"Apa maksudmu?"

"Penghalang yang berwujud pedang hanya bisa dipulihkan jika bersama orang yang diakui oleh mata iblis, itu sebabnya aku bisa memulihkannya seorang diri dulu. Tapi Cecil bahkan tidak memiliki mata iblis atau darah dari orang yang diakui."

"Bukankah itu sangat gawat?!" Alyssa berlari sambil terus menarik Lois. "Kita harus cepat dan–" Ia menghentikan langkahnya begitu masuk ke ruangan putih yang dikelilingi kaca, pandangannya tak lepas dari Cecilia yang menatap tangannya. Dengan firasat buruk, Alyssa mengikuti arah pandang Cecilia dan seketika menutup mulutnya. 'Bagaimana bisa ...'

"Apa terjadi sesuatu? Cecil belum menyentuh penghalangnya, kan??" tanya Lois resah.

"Sepertinya, kita terlambat." Bukan Alyssa yang menjawab, melainkan Bastian yang berdiri di sebelah kanan Lois.

Alyssa menoleh ke arah Neo yang tampak menutup matanya dengan gelagat yang mencurigakan, ia dengan ragu berjalan maju, namun langsung ditahan oleh Lois.

"Jangan dekati dia atau kau mungkin akan mati."

"Lalu, kita harus apa?" Sekilas ingatan berkedip di matanya. "Ah ... ramalannya." Alyssa menatap Cecilia, ia kembali ke tempatnya sebelumnya sambil tersenyum dengan usil.

"Ada apa?" tanya Bastian yang menyadari senyuman Alyssa.

"Tidak, tidak ada apa-apa, kok~" Alyssa menutup mulutnya, berusaha menyembunyikan senyumannya yang semakin lebar. 'Ho~ho, siapa sangka kau jadi seberani itu, Neo.'

🌺🌺

Cecilia menatap khawatir Neo yang tampak kesakitan sambil menutup matanya. 'Sial!' Ia berbalik dan berjalan ke arah Neo, namun langsung ditahan oleh Alstair.

"Apa kamu tidak ingin menyelamatkan Kerajaan ini?" tanya Alstair dengan kening yang berkerut dan ekspresi tidak suka, ia jelas tau kemana tujuan Cecilia.

"Kerajaan dan mata iblis memiliki hubungan langsung!" Cecilia dengan tidak suka menarik tangannya dan berlari ke arah Neo, ia menepuk pipi pria itu. "Hei, lihat aku dan jangan biarkan orang lain mengambil alih pikiranmu!"

"Sakit! Ini sangat menyakitkan!" lirih Neo yang menutup matanya dengan tangan.

'Apa? Aku harus apa???' Cecilia dengan panik menatap Lois. "Lo—"

"Ini bukan urusan kami," sela Alyssa yang tiba-tiba berdiri di depan Lois, ia bersedekap dada. "Silahkan selesaikan masalah yang kau perbuat," lanjutnya.

"Kau–! Tch." Cecilia membuang muka. "Kenapa aku menjadikanmu temanku di masa depan??" gerutunya kesal. "Oh!" Ia menatap Alyssa dengan mata memicing penuh curiga.

"Apa?" tanya Alyssa sinis.

Cecilia mengalihkan pandangannya ke arah Neo, ia muak lama-lama melihat wajah Alyssa. Cecilia menangkup pipi Neo dan menempelkan dahinya ke dahi pria itu. "Dengarkan aku, Neo," ucapnya pelan, matanya menatap lurus ke arah mata Neo yang ditutupi oleh tangan.

Dengan gerakan pelan, Cecilia menarik tangan Neo dan menggunakan tangannya sendiri untuk menutup mata Neo. "Tenang dan dengarkan aku baik-baik, jangan sampai kehilangan ketenangan dan pikiranmu!"

Napas Neo yang awalnya terengah-engah perlahan mulai teratur.

"Ya, benar. Cukup fokus padaku saja." Cecilia menatap punggung tangannya yang ada di atas mata Neo. 'Harusnya ini sudah cukup kan?' Dengan tangan yang lain, ia menggenggam tangan Neo. 'Sekarang, transfer energi dari mata iblis padaku ...' Cecilia memejamkan matanya erat, energi mana seolah melonjak masuk ke tubuhnya lewat tangannya yang saling bertautan dengan tangan Neo. 'Ini sangat menyenangkan, tapi juga terasa aneh.' Ia mengerutkan keningnya ketika merasakan mana sihir yang menyebar lewat darahnya. 'Ini terasa lebih aneh dibanding saat Lois kehilangan kendali.'

Setelah merasa cukup, Cecilia menurunkan tangannya dan mundur selangkah. "Apa masih terasa tidak nyaman?" tanyanya memastikan.

Neo membuka matanya yang berubah merah, ia mengerjap dengan perasaan aneh di matanya. "Aku baik-baik saja, tapi kenapa mataku terasa gatal dan penglihatanku ..."

"Jangan digosok!" Cecilia segera menghentikan tangan Neo. "Itu hal yang wajar, pasti akan berhenti sebentar lagi. Soal penglihatanmu, kau melihatku bagaimana?"

"Aneh, kenapa aku tidak bisa melihat warna lain kecuali merah? Dan tunggu, apa kabut di sekitar Alyssa dan Bastian??"

Cecilia tersenyum. "Bagus, berarti mata iblis menyatu dengan tubuhmu dengan baik. Selamat, kau akan jadi tuan baru dari mata iblis, dan tidak ada cara lain untuk melepaskannya kecuali menemukan tuan baru."

"Tunggu, apa maksudmu?? Apa itu artinya, aku hanya bisa melihat warna merah seumur hidupku??"

"Gunakan kamuflase, ubah warna matamu menjadi normal untuk menormalkan penglihatanmu."

"Kamuflase? Bagaimana caranya??"

"Astaga ...!" Cecilia memukul kepalanya sendiri.

"Kalian berdua, tolong fokus pada penghalang lebih dahulu."

"Ya! Akan kuajari nanti, sekarang bantu aku!" Cecilia menarik Neo ke arah penghalang, salah satu tangannya menggenggam tangan Neo dan satu lagi memegang gagang pedang. Kali ini, tidak ada perasaan teraliri listrik atau dikerumuni serangga. 'Bagus, tidak ada penolakan lagi dari penghalang!' Ia memejamkan matanya dan memusatkan sihirnya pada tangan yang memegang gagang pedang. 'Fokus! Aku perlu lebih fokus untuk membuat penghalang!!'

Sebuah benang yang amat tipis tiba-tiba mengikat tangan Cecilia dan menariknya ke atas, membuat pegangan Cecilia pada pedang terlepas dan gagal memulihkan penghalang. "Akh!" teriaknya begitu benang tipis yang terikat di tangannya mengerat, ia menatap ke depan dengan ekspresi menahan rasa sakit. "Alan ...!!"

"Heeh, apa kau pikir aku akan membiarkanmu memulihkan penghalang?" Alan tersenyum dibalik kaca transparan yang menjadi penghalang keduanya. "Aku membutuhkan mata iblis, adikku. Jadi menyerah saja dan berikan harta karun itu padaku."

🌺🌺🌺

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang