"Senangnya~ ini pertama kalinya aku berkencan dengan pria lain." Cecilia menopang dagunya dengan kedua tangan, ia menatap Neo dengan senyum menawan. "Bagaimana denganmu? Siapa saja gadis yang sudah kau kencani."
"Tidak tau."
'Kaku sekali, aku jadi ingin mematahkan seluruh tulangnya!' Cecilia tersenyum simpul. "Apa kau berpacaran dengan Alysha?"
"Dia bukan tipeku."
"Jadi, orang seperti apa tipemu? Apa sepertiku??" Cecilia menatap penuh harap, ia tak lagi memperdulikan kue yang disajikan di meja.
"Hm, mungkin." Neo mengambil sendok dan menyendok sebuah puding, ia lantas memasukkannya ke mulut. Mengunyah dan menelannya. "Tapi dia gadis yang baik hati."
"Ah, apa maksudmu Rasya itu ya??"
Kali ini, Neo tidak menatap puding pada piring. Ia justru menatap Cecilia tanpa eskpresi. "Benar."
"Wah." Cecilia menyatukan kedua tangan di depan dada sambil tersenyum manis. "Aku yakin, dia pasti sangat beruntung bisa bersamamu."
"Tidak, justru sebaliknya."
Senyum di wajah Cecilia seketika pudar, ia menatap Neo yang tersenyum tipis. Telinganya memerah dengan jelas. "Maksudmu?"
"Justru aku yang beruntung karena memiliki pasangan seperti dia."
Cecilia memicingkan matanya. "Heeh~" Ia tersenyum manis. "Kalian berdua pasti sangat bahagia."
"Ya, aku senang bisa bersamanya dan dia—" Neo seolah tersadar, ia berdehem dan kembali memakan puding di depannya.
'Menarik, menarik sekali! Ini pertama kalinya ada yang sadar dari hipnotisku, kenapa? Apa karena cintanya pada Rasya itu?? Aku ingin membelah tubuhnya dan memeriksa organnya!!' Cecilia mengangkat sendok dengan sebelah tangannya, sementara sebelah tangan lagi kembali menopang dagu. Ia menusuk-nusuk puding di depannya tanpa berniat untuk memakannya.
"Omong-omong, Ra– Cecilia. Bagaimana kau bisa ada di sini?"
"Hm? Ah, aku memang lahir di sini." Cecilia mengangkat sendoknya dan memutarnya. "Aku tidak begitu ingat masa kecilku, saat aku sadar ... aku sudah ada di jalanan. Apa keluargaku membuang ku atau bagaimana, aku sendiri tidak tau."
Neo tak membalas, ia justru menatap puding di depan Cecilia yang kini tidak berbentuk.
"Suasana hatiku ... sama seperti puding ini."
Neo mendongak, menatap Cecilia yang ternyata juga menatap pudingnya. Senyuman tipis di wajah gadis itu terlihat begitu sedih, ada kekecewaan dan kesepian yang terlihat jelas di dalam sorot matanya.
Cecilia mengangkat piring berisi puding yang hancur dan seketika membaliknya, membuat seluruh puding jatuh ke lantai. "Puding yang malang." Ia berdiri dan menginjak puding itu, Cecilia menghadap ke arah Neo. "Puding yang sudah jatuh, tidak bisa dipungut lagi."
Sebelum Neo bisa mengerti dengan maksud dari ucapan Cecilia, gadis itu sudah lebih dulu meletakkan beberapa koin emas di meja dan menariknya pergi.
"Ayo, aku akan ajak kau ke tempat yang indah.
"Ap– tunggu, lepaskan aku!"
"Kupu-kupu mimpi!"
🌺🌺
'Lyora, lo sebenernya pergi kemana??' Angkasa menatap langit malam yang dipenuhi bintang, bulan bersembunyi di balik awan-awan.
Helaan napas keluar dari mulut pria itu, entah sudah beberapa kalinya ia mendesah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NalendLyora [Transmigrasi]
Teen FictionRasya Olivia Abraham, gadis yang terpaksa meregang nyawa karena terpeleset. Di kehidupan pertama, Rasya harus jauh-jauh dari rumah agar tidak bertemu kakak yang menyayanginya dalam arti kata lain. Di dunia kedua, bukannya menjalani kehidupan yang te...