64. Masa Lalu

89 3 0
                                    

Chie berdecak saat melihat Lyora meminum teh yang diberikan Cecilia, ia kembali minum tehnya sambil menggerutu dalam diam.

"Omong-omong, Ce–" Lyora menjatuhkan cangkir ke lantai dan menimbulkan suara pecahan kaca, ia menatap kosong ke depan.

"Akhirnya selesai." Cecilia menyisir rambutnya ke belakang, ia menatap Chie yang mendekat.

"Ap—"

"Aku melakukannya agar mempercepat pekerjaanku," ujar Cecilia, ia mengambil ikat rambut yang diberikan Chie dan mengikat rambutnya menjadi satu. "Aku tidak mau membuang-buang waktu lagi." Cecilia tersenyum miring. "Adikku sudah menunggu untuk waktu yang lama."

Chie memperhatikan Cecilia yang berlalu pergi, ia memiringkan kepalanya. 'Adik??'

🌺🌺

"Ada apa lagi sampai kau mengajakku bertemu??" tanya Alyssa dengan ekspresi masam. "Aku tidak memiliki jiwa Rasya!"

"Alyssa, terus terang saja ... aku sudah lelah dengan permainan ini."

Alyssa mengerutkan keningnya. "Maksudmu??"

"Lyora."

Lyora berjalan keluar dari kegelapan, ia berdiri diam di samping Cecilia.

"Barter, kembalikan Lois ... dan aku akan menyerahkan Lyora."

"Apa maksudmu dengan Lois? Bukan aku yang memaksanya ke sana."

"Benar-benar, memang bukan kau." Cecilia tersenyum. "Tapi dia pergi karena kau," ujarnya dengan eskpresi berubah datar. "Kembalikan Lois jika kau masih ingin Lyora hidup, ini peringatan terakhirku."

Alyssa menggerakkan giginya, ia melirik ke arah lain dengan gugup. "Aku, aku perlu waktu untuk menghubungi Bastian."

"5 menit." Cecilia berbalik dan berjalan pergi, ia sempat berbalik ke arah Alyssa. "Jika dalam lima menit Lois tidak kembali, maka tunggu saja jiwa Lyora menghilang sepenuhnya." Cecilia lanjut pergi dengan senyum puas, diikuti Lyora dari belakang.

Tanpa buang waktu lagi, Alyssa berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan. Tangannya terkepal tanpa sadar.

🌺🌺

"Lia, akan kau apakan Lyora?" Chie berdiri di belakang Cecilia.

"Apa maksudmu?" Cecilia mengangkat cangkirnya ke samping dan membuat Lyora yang berdiri di sampingnya menuangkan teh dengan sopan.

"Apa kau akan terus memerangkap jiwa Lyora?"

"Entahlah~ tergantung kerjasama Alyssa." Cecilia menyeruput secangkir teh, ia kemudian meletakkan cangkir ke meja dan menatap Chie dari pantulan cermin. Wajahnya masih terus menunjukkan senyuman yang menawan, Cecilia menopang dagu. "Apa kau kasihan padanya?"

"Tidak, aku tidak pernah—"

"Tidak usah berbohong, Chie." Cecilia mengubah eskpresi wajahnya dalam sedetik. "Aku lebih mengenalmu dari siapapun, meski kau egois dan keras kepala. Tapi kau punya hati yang lebih lembut dari sisikmu." Ia kembali tersenyum. "Sisa jiwa adikku masih menyatu dengan jiwa Lyora, jadi aku tidak akan menyakitinya. Setidaknya, sampai aku bisa memisahkan kedua jiwa itu."

"Aku ..." Chie melirik ke arah lain, tangannya terkepal. "Maaf."

"Untuk apa?"

"Aku, aku seharusnya tidak meragukanmu. Bagaimanapun, kau adalah tuan—"

"Sudah berapa lama sejak kita bertemu?" sela Cecilia, ia berdiri dari duduknya dan menoleh ke arah Chie. Sebelah tangannya memegang sandaran kursi. "Jawab aku, Chie."

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang