58. Murka

160 2 0
                                    

"Lyora? Ada apa??" Cecilia menatap Lyora yang bersembunyi di belakangnya.

"I-itu …" Lyora mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia tampak terlihat bersalah.

"Apa kau—"

"Ternyata di sini kau rupanya!"

Cecilia menatap lurus pelayan wanita yang berjalan mendekat.

Saat melihatnya, pelayan itu tampak terkejut. Ekspresi arogan di wajahnya seketika menghilang dan ia menundukkan kepalanya. "Pu-putri saya."

"Apa yang terjadi?"

Pelayan wanita itu tampak ketakutan, ia melirik Lyora yang tak berani bergerak dari tempatnya.

"Aku bertanya padamu."

Pelayan itu kembali menunduk, keringat dingin bercucuran di wajahnya. "Sa-saya, Nona ini. Nona menjatuhkan vas bunga milik Putri, ja-jadi ... saya marah dan ingin menghukumnya."

"Itu hanya vas saja, kan? Buat apa seheboh ini??" tanya Cecilia kebingungan.

"I-itu ... vas bunga yang jatuh adalah, a-adalah hadiah Nyonya ..." kata Pelayan itu ragu-ragu.

Ekspresi wajah Cecilia seketika berubah. "Hadiah Ibuku??"

"B-be-benar ..."

Cecilia menatap Lyora yang juga menatapnya.

"Aku tidak sengaja, itu karena dia terus mengomeliku sepanjang hari. Jadi aku melempar vas di atas meja ke arahnya, aku tidak tau kalau itu hadiah dari Ibumu." Lyora menunduk. "Maaf, aku akan mengganti vas itu."

"Mengganti??" Cecilia menggertakkan giginya menahan amarah, ia menyembunyikan tangannya yang terkepal dan menghela napas. "Lupakan saja, itu hanya vas. Lain kali, berhati-hatilah."

"Ta-tapi ..."

Cecilia melirik pelayan itu dengan tajam. "Kembali ke tugasmu!"

"Ba-b-baik." Pelayan itu langsung pergi dengan langkah cepat.

"Apa kau tidak apa-apa? Kau tidak terluka, kan??" Cecilia menatap Lyora dengan eskpresi khawatir.

"Iya. Maaf sudah memecahkan vasmu, aku ... aku benar-benar tidak sengaja!" Lyora semakin menunduk, ia merasa sangat bersalah. Namun waktu tidak bisa diubah kembali, bahkan jika ia bersujud pun vas itu tidak akan pulih kembali.

"Sudahlah. Itu hanya vas tua, keselamatanmu lebih baik." Cecilia mengusap surai Lyora sembari tersenyum simpul. "Jangan berlarian kemanapun, di istana ini lebih bahaya daripada di jalanan."

"I-iya ..."

"Dan juga." Cecilia menarik tangan Lyora dan meletakkan sebuah giok bulat yang memiliki ukiran phoenix. "Ketika ada pelayan yang berani lagi padamu, kau bisa menunjukkan giok ini dan memerintah-nya."

"Eh? Kau yakin? Barang ini sangat berharga kan?? Kenapa kau memberikannya padaku dengan begitu mudah?" tanya Lyora, ia menatap Cecilia dengan eskpresi kebingungan. 'Kami baru bertemu, walau dia mirip sama Kak Rasya. Tapi sikap mereka bener-bener beda, lagian ... kenapa dia tiba-tiba ngasih gue giok bulat itu??'

"Tidak apa-apa. Aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri, giok ini ... anggap saja sebagai hadiah pertemuan kita."

"Ka-kalau begitu, terima kasih ... Cecilia."

Cecilia tersenyum manis. "Tidak perlu sungkan."

🌺🌺

"Kenapa kau memberikan token giok itu?" Chie yang tengah bersandar di tembok sambil bersedekap tangan menatap Cecilia yang kebetulan lewat.

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang