Bab 27. Kekhawatiran

821 41 0
                                    

'Berengsek! Dasar Neo berengsek!! Kenapa si lo selalu gangguin hidup gue meskipun udah berada di dunia yang berbeda?! Kenapa lo harus selalu muncul di benak gue sementara lo sendiri ga pernah nginget gue sama sekali! Sialan! Dasar Neo bedebah!!' Lyora berlari sejauh yang dia bisa hingga tanpa sadar, hari menjelang malam dan dirinya sampai di perbatasan kota.

Lyora berhenti di tengah-tengah jembatan penghubung kota L dan kota S, jarak antara kedua kota dan jembatan cukup jauh sehingga sekitaran sepi meskipun ada lampu jalanan yang mencegah suasana semakin suram.

Dari atas jembatan, Lyora dapat lihat sungai yang mengalir dengan deras, dia menarik napas dalam-dalam. "Neo berengsek!! Neo taik! Neo b*ngsat!!" teriaknya sekeras-kerasnya.

"Lo puas umpatin gue sepuasnya, asal jangan ninggalin gue. Rasya."

Lyora mengigit bibir dalamnya hingga mengeluarkan darah, tangannya terkepal sangat erat. "Neo a*jing!! Mati aja lo bajingan!!"

"Rasya, gue cuma cinta sama lo dan bakal tetap kayak gitu sampai maut memisahkan kita."

"Dasar penebar janji palsu!!"

"Lyora?"

Lyora tersentak kaget, dia menoleh ke asal suara. Air matanya tidak lagi bisa dibendung.

🌺🌺

"Tenang Al! Tenang!!" Angkasa berusaha menahan Saudaranya agar tidak mengamuk dan membunuh Nalendra.

"Lepasin gue, Kasa! Gue bakal hancurin dia sampai berkeping-keping!!" Altezza terus memberontak.

Lingga ikut membantu menahan Altezza yang kini menggila, bahkan meski dengan kehadiran Lingga. Keduanya tetap kesusahan menahan amukan dari Altezza.

"Woi anjir! Bantuan ege! Jangan liatin doang!!" seru Lingga kepada teman-temannya yang hanya bisa melongo bak orang bodoh.

Seolah tersadar, beberapa anggota segera membantu menahan Altezza dan mengikat pria itu di kursi.

"Fyuuh …" Lingga mengusap keringat di keningnya, butuh extra energi untuk menahan Altezza dan bahkan itu belum cukup. "Altezza kalau udah kumat ngeri juga ya." Dia melirik Rangga yang tampak sibuk menelpon seseorang. "Nelpon siape lu?"

"Gabriella, cuma dia yang bisa buat Altezza sadar."

"Diangkat kagak?" tanya Lingga mendekati Rangga yang tampak resah.

Pria itu menggelengkan kepalanya. "Nomornya ga aktif."

"Coba telpon Xion, tadi dia ngejar Gabriella kan?"

"Oh, ok." Rangga segera menekan nomor Xion, dia kemudian mendekatkan benda pipih itu ke telinganya. "Ah, halo Xi." Rangga menjauhkan handphonenya dan menyalakan speaker.

"Hem, kenapa?"

"Itu, Gabriella ada sama lo?"

"Ga ada, kenapa?"

"Bukannya tadi lo ngejar dia?" tanya Lingga.

"Iya, gue emang ngejar dia. Tapi dia tiba-tiba aja ngilang."

"Aelah! Gimana dong ini!"

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang