Bab 13. Menghilang

2.4K 153 0
                                    

"Tuan Muda Devandra, ada yang bisa saya bantu?"

"Di mana Gabriella?" tanya Xion dengan eskpresi datarnya.

"Nona Muda sedang berada di kamarnya, apa perlu saya panggilkan?"

"Ya."

Kepala pelayan Azka membungkuk hormat, dia berjalan memasuki mansion keluarga Dirgantara.

Tidak berselang lama, mansion keluarga Dirgantara tiba-tiba jadi riuh. Beberapa bodyguard tampak berlalu-lalang seolah mencari sesuatu.

'Apa yang terjadi?'

Kepala pelayan Azka berjalan ke arah Xion dengan tergesa-gesa. "Maaf, Tuan Muda Devandra. Nona Muda saat ini sedang tertidur dan saya tidak enak membangunkan beliau, silahkan datang kembali lain kali."

Xion tak berkata apa-apa, dia hanya menatap Kepala pelayan yang tampak berkeringat dingin.

Xion berbalik dan melangkah pergi, namun. Baru dua langkah, dia langsung berbalik dan berlari masuk. Menerobos beberapa bodyguard yang hendak menghentikannya.

Karena telah sering datang ke mansion keluarga Dirgantara, Xion jadi dengan mudah mengetahui kamar Gabriella dan langsung membuka pintu begitu saja. Namun hasilnya kosong, bahkan kamar itu tampak berantakan dengan beberapa barang yang pecah.

Xion mengunci pintu dari dalam, dia celingak-celinguk menelusuri kamar yang benar-benar jauh dari kata rapi. Xion tanpa sengaja menemukan beberapa jejak lumpur di lantai, dia berjongkok dan memperhatikan lumpur yang menyerupai jejak sepatu.

Xion mengikuti arah lumpur itu dan berdiri, dia berjalan ke arah jendela dan benar saja. Jendela itu tidak terkunci sama sekali, apalagi saat melihat sebuah tali yang terikat di ujung jendela membuat perasannya entah kenapa jadi khawatir. 'Apa yang terjadi padamu, Gabriella.'

🌺🌺

"Aelah! Kalah lagi kalah lagi!"

"Yang bener dong And, masa make lancolet terus kalau ga bisa!"

"Gue kan lagi belajar, o'on!"

"Ya masalahnya rank gue turun nih gegara elo!"

Altezza dan yang lainnya hanya melihat perdebatan antara Fredian dan Andhika, tidak ada yang berniat untuk menengahi keduanya.

Mereka semua tampak menikmati adu bacot antar kedua temannya kecuali Angkasa yang memang tengah sibuk menelpon seseorang dengan ekspresi wajah yang resah.

"Kenapa Sa?"

"Gabriella ga ada di rumah."

Seketika semua anggota menghentikan aktifitas mereka, tatapan mereka semua mengarah ke sang ketua yang tampak tengah mengelap pistol dengan saputangan.

Nalendra meletakkan saputangan di atas meja dan berdiri, Dia berjalan pergi dengan ekspresi datar. "Cabut!"

Seketika seluruh anggota berdiri dari duduknya, beberapa dari mereka mengambil jaket dan kunci motor sebelum mengikuti sang ketua yang sudah berjalan pergi terlebih dahulu.

🌺🌺

R

asya duduk termenung di kamarnya, sungguh. Kamarnya di dunia nyata tidak seburuk kamar miliknya sekarang, darah kering berceceran di mana-mana. Jari-jari yang terpotong tersusun rapi di atas meja, beberapa kepala yang entah milik siapa berceceran di lantai. Jejak darah di jendela yang membentuk lima jari tampak hampir memenuhi jendela tersebut.

Bau darah yang menyengat tidak membuat Rasya yang kini tengah meringkuk di sudut ruangan terganggu, gadis itu menutup matanya seerat mungkin. Telinganya disumpal dengan kedua tangan.

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang