Bab 12. Ilusi Atau Kenyataan?

2.5K 149 1
                                    

"Belum sadar juga Bos."

"Ga masalah, setelah dia sadar. Kalian tau kan harus ngapain?"

"Hehe, pasti. Tapi inget, kalau dia ga bisa puasin kami. Maka Lo dan teman lo yang harus bayar ganti ruginya."

"Cih! Gue tau, dan gue yakin. Kalian bakal puas banget sama dia."

🌺🌺

"Tembak Ngga! Itu bunuh Rafael!"

"Incer lord Lin."

Tidak berselang lama, terdengar suara victory dari handphone yang dimainkan Rangga dan Lingga. Keduanya bersorak senang.

Suara dering telepon menganggu acara keduanya, Lingga menatap layar handphone yang kini tertera nama Mommy. Dia menatap Xion yang tampak sibuk dengan sesuatu.

"Xion."

"Hm," dehem Xion tanpa mengalihkan pandangannya.

"Nyokap lo nelpon."

Xion seketika menatap Lingga, dia merebut handphonenya dari tangan sang sahabat dan mengangkat telepon dari sang Mommy.

"Ha-"

"Damian!!"

Xion seketika menjauhkan layar handphone dari telinganya saat suara cetar membahana sang Mommy hampir membuat telinganya tuli. "Apa si Mom." Dia mengusap telinganya.

"Dam, pokoknya Mommy ga mau tau! Kamu harus bawa Gabriella ke rumah, sekarang!"

"Mommy ini apa-apaan sih, ganggu Damian aja."

"Damian!"

"Cih, iya. Iya, Damian jemput dia dulu."

"Gitu dong, harus sekarang ya! Awas aja kamu kalau dalam satu jam kalian belum dateng, Mommy potong uang jajan kamu!"

"Mom, Mommy-" Sebelum Xion menyelesaikan ucapannya, Sang Ibu sudah lebih dulu mematikan sambungan secara sepihak. Xion berdecak, dia memasukkan handphonenya ke saku jaket dan berdiri.

"Mau kemana?" tanya Angkasa menatap Xion.

"Jemput Gabriella, Mommy pengen ketemu."

"Oh."

"Usahain jangan pulangin dia terlalu malam, Grandpa bakal pulang malam ini," peringat Altezza tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Handphone.

Xion hanya berdehem sebagai balasan, dia berjalan keluar sambil merogoh kunci motornya.

🌺🌺


Kembali memulai sambungan … gagal

Memulai ulang … gagal

"Tuan Rumah, segeralah sadar atau semuanya akan berakhir."

🌺🌺

"Ayo, Rasya. Makan yang banyak ya sayang."

"Makasih Mommy." Rasya tersenyum, dia mulai menyantap makanan di piringnya. Sesekali, Rasya melirik kedua orang tuanya yang makan dengan tenang. Dia tersenyum tipis. 'Rasya, rindu kalian.'

"Omong-omong, Rasya. Bagaimana dengan sekolahmu?"

"Sekolah Rasya oke, oke aja. Daddy dan Mommy-"

"Rasya, apa kamu lupa. Sayang?"

"Huh?" Rasya menatap bingung, apalagi saat melihat eskpresi kedua orang tuanya yang aneh. Membuatnya merasakan perasaan yang tidak biasa. "Mo-mommy bilang apa sih?"

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang